Monday, June 9, 2008

Obama, Pembuat Sejarah Baru Amerika



Sebuah sejarah baru kembali di toreh saat ini, Barackh Obama menjadi warga kulit hitam Amerika Serikat pertama yang meraih nominasi presiden dari partai Demokrat. Setelah pertarunganan sengit dengan rivalnya Hillary Clinton dalam pemilihan pendahuluan, Obama mencapai kemenangan untuk melaju ke pemilihan presiden.
Sebagai aktivis sosial di Chicago, ia melihat kemiskinan dan ketertinggalan warga kulit hitam. Sistem adalah penyebab semua itu. Untuk mengubahnya, Obama sadar hal itu harus dilakukan melalui gerakan politik.
Pada 2004, ia bertarung menjadi Senat AS dan menang. Hal ini tak lepas dari ketenaran yang diraihnya ketika menyampaikan pidato pada konvensi Partai Demokrat tahun 2004.
Dengan pidato yang memuja kebesaran AS, tetapi mengingatkan negara yang kehilangan reputasi global, kekacauan di dalam negeri karena banyak kelompok terpinggirkan, Obama mendadak menjadi selebriti. Banyak yang mengundangnya sebagai pembicara. Dari seorang calon kulit hitam yang tidak dikenal, Obama menjadi Senator AS dengan kesediaan bekerja sama dengan siapa pun, termasuk Senator Republik.Dari sinilah ia memutuskan diri menjadi capres. Toni Morrison, sastrawan AS peraih Nobel Sastra 1993, menulis, "Saya mendukung Anda bukan karena kulit Anda." Morrison, kulit hitam, melihat Obama sebagai figur yang merangkul, jujur, pintar, dan ingin mengubah peta politik AS. Itulah inti kemenangan Obama, ditambah tenaga lapangan yang ditebar membujuk warga AS.
Kisah hidup Obama yang berliku, menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi warga AS. Ia menapaki kehidupan yang pahit, ditinggal ayah (Barack Hussein Obama asal Kenya), yang punya tiga istri lain, selain ibu kandung Obama, Stanley Ann Dunham. Ibu kandungnya pun kemudian menikah dengan Lolo Soetoro.Ia menjadi sebatang kara setelah ibunya memilih pergi ke Indonesia, mengikuti suami keduanya itu. Setelah sempat tinggal di Indonesia, Obama memilih kembali ke Hawaii, tinggal bersama kakek dan nenek kulit putih. Pergulatan hidup dimulai karena hidup tanpa orangtua kandung, diiringi segregasi ras lingkungan di Punahou, Hawaii. Ibunya, Ann, pernah mendapatkan buku harian Obama yang mengisahkan, "Siapakah diri saya ini?"
Di tengah gejolak batin itu, Obama berprestasi di sekolah, mungkin turun dari ibu yang cerdas dan pendobrak kebuntuan politik AS. Ayahnya juga pintar, mendapatkan beasiswa pada era Presiden John F Kennedy.
Para wanita AS, yang menjadi ibu tunggal, menjadikan Obama sebagai pemberi semangat. Tanpa orangtua lengkap, Obama bangkit dan kini jadi capres.
Obama menjadi sebuah bukti bahwa masa lalu bukanlah alasan kehancuran masa depan. Masa lalu yang menyakitkan memang tidak dapat diubah, tetapi masa depan masih menanti untuk ditapaki. Respon kita hari ini, akan menentukan masa depan kita. Kita bisa memilih menjadi tawanan masa lalu, dan hidup dengan mengasihani diri lalu menuju kehancuran, atau bangkit menatap masa depan, dan mengukir sejarah.

No comments: