Monday, September 29, 2008

DALAM SUKAMU

Puisi indah...
@2005


Dalam suka yang sama
Ada cat yang mewarnawarnikan bumi
Agar tak terlihat pucat
Dalam sukamu tanah yang sama
Adakah madu yang memaniskan empedu
Bahkan melezatkan buah semacam mengkudu?
Dalam sukamu tanah yang sama
Adakah parfum yang membuat melati harum
Dan sedap malam yang membikin semua kagum?
Dalam sukamu terbenam kotoran
Sampah berceceran
Mengapa bisa kau hadirkan
Warna, gula, madu dan parfum?
Dari sukamu tercipta insan termulia
Warnai dunia dengan wajah bermadu wangi
Menjadi gula bai semut dunia
Dalam sukamu tertimbun kebengisan
Dan keangkuhan insan
Tapi tetap kau limpahkan
Warna, gula, madu dan parfum
Lalu, kejujuranmu
Mana yang hendak kupercayai?

LASKAR PELANGI



Hari ini tepat pukul 12.00 WIB, saya dan sekitar 12 rekan saya nonton film LASKAR PELANGI di TAMINI SQUARE.


Ada beberapa hal pelajaran yang bisa saya ambil dari film ini:


  1. Untuk mahasiswa/mahasiswi Pendidikan Keguruan, karakter Ibu Muslimah dan Bapak Kepala Sekolah harus dijadikan teladan. Dimana, mereka bersedia membaktikan diri untuk melayani anak-anak yang tidak hanya miskin, tetapi juga kadang tidak memiliki kemampuan otak yang memadai.

  2. Untuk seluruh rakyat Indonesia, kemiskinan jangan dijadikan alasan untuk terus terpuruk dalam kebodohan. Tunjukkan kepada dunia, bahwa dengan sumber daya dan informasi yang terbatas, kita masih bisa memberikan yang terbaik.

  3. Untuk seluruh rakyat Indonesia yang diberikan berkat berlebih dari Tuhan, tunjukkan kepedulian kita kepada masyarakat yang kurang mampu. Berikan perhatian dan informasi, karena kedua hal inilah yang menjadi inti kemajuan sebuah bangsa.

  4. Untuk diri saya sendiri, film ini menjadi cambuk untuk menjadi lebih baik lagi dalam tugas dan tanggung jawab saya sebagai seorang pengajar.

Salut untuk Andrea Hirata...


God Bless You...

Selamat Hari Raya Idul Fitri



Secara pribadi melalui posting ini saya ingin menyampaikan:



SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI


Mohon Maaf Lahir dan Batin



Kiranya Tuhan Memberkati Kita Semua
AMIN

Wednesday, September 24, 2008

NAF: Kaulah Hidup dan Matiku



Kaulah darahku,
juga nadiku
Kaulah nafasku,
juga jantungku
Engkaulah hatiku,
dan juga jiwaku

Aku mau hidup denganmu
Aku mau mati pun karenamu
Aku mau di sisa waktuku, bersamamu
Kaulah senyumku,
juga tawaku
Kaulah damaiku,
juga bahagiaku
Engkaulah teduhku,
tempatku bernaung

Aku mau hidup denganmu
Aku mau mati pun karenamu
Aku mau di sisa waktuku, bersamamu

Kau yang s'lalu setia
Menemaniku
Merasakan harumnya cinta di hatiku
Kau yang menyayangiku
Setulusnya


Kalau aja semua orang (pria dan wanita) bisa ngomong kaya gini...
Saya yakin, dunia ini akan penuh dengan kenyamanan dan sukacita...
ANDAI ...

Tuesday, September 23, 2008

Forum Diskusi Judul Penelitian


Mahasiswa-mahasiswi Universitas Indraprasta PGRI Jakarta, khususnya Program Studi Pendidikan Matematika, Bahasa Inggris dan Pendidikan Biologi dapat mengajukan rencana judul penelitiannya di sini.

Silahkan tuliskan nama Anda dan program studi Anda lalu kemudian Anda mulai menuliskan rencana judul penelitian Anda.

Secara teknis langkahnya sebagai berikut:
1. Klik tulisan comment di bagian bawah posting ini.
2. Tulis nama dan program studi Anda di bagian awal lembar komentar
3. Tuliskan judul penelitian Anda (jika memungkinkan, tuliskan pula bagaimana prosedur pengerjaannya)

Saya akan usahakan memberikan komentar secepat mungkin.

Tuesday, September 16, 2008

Cara Belajar Efektif

Belajar merupakan suatu proses sedemikian sehingga seseorang yang melakukannya mengalami perubahan. Perubahan di sini bisa berupa perubahan pengetahuan kognitif, sikap dan hal-hal lain ke arah yang lebih baik.


Tahapan-tahapan agar proses belajar berjalan lebih cepat
Enam tahapan mempercepat belajar :
I : Perencanaan

Rencanakan program Anda, dimulai dengan aktifitas pra-belajar yang berupa kerangka pikir
II : Input

Mengetahui tipe instruksi, materi belajar, dan lingkungan belajar yang Anda butuhkan.
III : Komprehensif

Bagaimana cara meningkatkan pemahaman Anda
IV : Memperbaiki Daya Ingat

Bagaimana cara meningkatkan daya ingat untuk mengoptimalkan belajar.
V : Uji Keterampilan Belajar

Bagaimana mempertajam ingatan dan menghadapi ujian
VI : Aplikasi

Bagaimana mengaplikasikan tahap-tahapan tersebut kedalam kehidupan Anda.

Selamat Belajar

Saturday, September 13, 2008

TAHUN AKADEMIK BARU

Mulai 8 September 2008, Universitas Indraprasta PGRI sudah mulai menjalankan proses perkuliahan untuk semester ganjil 2008/2009. Ditengah-tengah bulan Ramadhan, mahasiswa harus mulai belajar sekaligus membagi energi supaya proses puasanya tidak terganggu dengan aktivitas-aktivitas yang mulai padat.
Saya sendiri sudah langsung memulai proses perkuliahan sejak hari Senin, akan tetapi ternyata masih terjadi perubahan jadwal di sana-sini sehingga proses pembelajaran masih belum bisa berjalan normal.
Hal ini tentunya sangat mengganggu dan merugikan, tapi... apa mau dikata.. itulah yang selalu dialami oleh kampus UNINDRA, mengingat banyaknya jumlah mahasiswa yang diterima untuk tahun ini, yaitu sejumlah 5300 orang untuk 3 fakultas. Jumlah tersebut masih ditambah dengan kurang lebih 10000 mahasiswa lama.
Kekacauan ini sebenarnya dapat dieliminasi, seandainya mahasiswa disiplin dan telah bersiap untuk memasuki tahun akademik yang baru ini. Banyak saya temui, masih ada mahasiswa yang baru mengisi KRS dan tidak jarang juga setelah sekian hari berjalan mereka baru membayar dan mengambil lembar KRS.
Sampai kapan kita seperti ini...???? Kapan kita bisa bersaing dengan negara lain???
Yuk.. semangat....
Tinggalkan yang tidak baik, dan mulai belajar untuk disiplin dan menghargai waktu...
VIVA UNINDRA...!!!

Wednesday, September 10, 2008

JADILAH KELOMPOK MINORITAS

Sumber: e-psikologi.com


Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal ada dua pandangan masyarakat dalam menilai hidup seseorang yaitu orang yang disebut sukses dan orang yang gagal. Meski kriteria sukses atau gagal mungkin akan berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain, namun tak bisa dipungkiri bahwa ada sekelompok kecil orang yang diakui oleh semua orang sebagai "manusia-manusia yang sukses". Manusia sukses ini jumlahnya amat sedikit jika dibandingkan dengan mereka yang disebut "manusia-manusia gagal". Jika dilihat dari suatu gambar piramida maka orang yang sukses adalah mereka yang berada pada bagian paling atas sekaligus merupakan bagian yang paling kecil. Oleh karena itulah mereka seringkali disebut kelompok minoritas.
Pertanyaan yang mungkin timbul kemudian adalah mengapa jumlah orang yang sukses sangat sedikit sementara orang-orang gagal bisa ditemukan dimanapun kita berada. Bahkan dapat dikatakan bahwa mayoritas penghuni planet bumi ini adalah orang-orang gagal atau orang-orang yang merasa dirinya gagal. Sebenarnya faktor apa saja yang membedakan karakteristik orang sukses dengan orang yang gagal atau kata lain apa sih rahasia manusia-manusia sukses?
Keahlian dan Sikap Mental
Di era tahun 1990-an, Harvard University mengadakan penelitian yang difokuskan pada apa yang membedakan antara orang yang sukses dengan ornag yang gagal di bidang karir. Dari riset tersebut ditemukan bahwa 15 % dari kesuksesan karir seseorang disebabkan oleh keahlian teknis sementara sisanya yang 85 % disebabkan oleh sikap mental. Keahlian teknis adalah job skill atau yang sering disebut dengan hardware skill atau keahlian anda memahami benda mati dan cara menghidupkannya. Sementara mental skill adalah keahlian anda dalam hal memahami orang dan cara kerja dunia. Katakanlah anda saat ini memiliki keahlian di bidang web programming. Jika anda hanya bertumpu pada keahlian itu semata tanpa keterlibatan keahlian personality, karakter kerja, interaksi, jaringan relasi maka bisa jadi keahlian itu hanya berguna bagi diri anda atau orang lain yang anda kenal dengan jumlah sangat terbatas dan tidak akan memberikan manfaat besar bagi kehidupan orang lain.
Empat Pilar
Greg Phillips (2002), dalam artikelnya berjudul Create Your Future (Ultimate Potential 2002), mencoba membongkar rahasia di balik kesuksesan seseorang. Kesimpulannya terdapat empat hal yang dapat menjadi pembeda utama antara orang sukses dengan orang yang gagal. Keempat pembeda tersebut terletak pada kualitas tinggi dan rendahnya faktor yang dimaksud. Artinya baik orang sukses maupun gagal pada dasarnya sama-sama memiliki faktor tersebut tetapi kualitasnya tidak sama.
1. Harapan
Ekspektasi atau harapan terhadap apa yang diinginkan masing-masing orang dari kehidupan ini menjadi pembeda. Orang sukses memiliki harapan besar dan bernuansa jangka panjang. Karena harapan yang besar maka secara naluriah ia terdorong untuk meraih sesuatu yang besar. Seperti yang katakan W. Somerset Maugham, "Tidak selamanya anda mendapat apa yang anda inginkan dari kehidupan ini tetapi anda akan mendapatkan apa yang anda harapkan". Oleh karenanya taruhlah harapan positif kepada diri anda, orang lain dan lingkungan /dunia.
2. Kontrol
Ada petunjuk di balik fakta ilmiah tentang apa yang membentuk intelegensi manusia. Ditemukan bahwa intelegensi manusia, 10%-nya dihasilkan dari faktor heriditasi, warisan nenek moyang dan sisanya yang 90% dihasilkan dari faktor lingkungan. Dari bukti ini, anda tidak perlu membeda-bedakan dari gen mana seseorang dilahirkan sebab masih mempunyai kesempatan mengontrol atau mengendalikan yang 90%-nya. Anda masih bisa mengontrol sebab-sebab mayoritas untuk menjadi sukses, misalnya:
  • Bagaimana anda menciptakan reaksi terhadap tantangan. Apakah anda akan memilih menjadi korban atau penentu reaksi secara tepat?
  • Kepada kelompok mana anda berasosiasi. Apakah ke kelompok orang sukses yang senantiasa memberikan energi postif pada anda atau ke kelompok orang yang gagal yang justru akan menjadi perusak dan penghambat bagi kemajuan anda?
  • Kebiasaan apa saja yang anda jalankan setiap hari demi kepentingan kemajuan anda?
  • Dan lain-lain.
3. Keyakinan
Rumus yang paling sahih tentang keyakinan adalah bahwa anda tidak bakal mencapai sesuatu melebihi keyakinan terhadap kemampuan anda untuk meraih. Artinya keyakinan anda haruslah didasarkan pada hal-hal faktual yang anda miliki. Terutama pada hal-hal yang bisa diasumsikan secara rasio, anda wajib memiliki keyakinan yang didasarkan pada hasil-hasil faktual. Namun mengingat bahwa kehidupan ini tidak seluruhnya bisa disentuh oleh asumsi rasional, maka di sisi lain anda membutuhkan keyakinan mental. Keyakinan kedua ini sangat berguna untuk menghadang virus keragu-raguan, rasa tidak berdaya, rasa malas, takut menghadapi risiko.
4. Kecerdasan Bersikap
Seperti yang dikatakan Voltaire bahwa kehidupan ini bisa disimbolkan menjadi sebuah game - permainan kartu. Dalam suatu permainan maka setiap orang harus menerima kartu yang diberikan lalu persoalan menang dan kalah di babak akhir sepenuhnya tergantung pada bagaimana anda menjatuhkan kartu. Inilah ilustrasi sederhana tentang kecerdasan bersikap. Ia menyimpan hubungan erat dengan persoalan bagaimana anda memperlakukan diri anda dan orang lain kemudian dari sinilah terjadi feedback yang setimpal bahkan lebih dari orang lain dan lingkungan /dunia.
Atas perbedaan kualitas tersebut, maka Less Brown dalam artikelnya Learn To Be Winner (dikutip dari Top Achievement 2000) membagi manusia menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Winner
Pemenang adalah orang yang hidup dengan keunggulannya. Ia sudah mampu merealisasi dirinya dalam kapasitas yang paling optimal. Winner inilah yang menempati bagian dari kelompok yang paling kecil. Jiwa-jiwa pemenang selalu menaruh harapan untuk menang meskipun realitas temporer mungkin mengkondisikan dirinya kalah. Ia memiliki keyakinan tinggi terhadap hukum pembalasan akhir, memiliki kontrol atas sesuatu yang bisa berpengaruh terhadap perkembangan dirinya dan bersikap assertive terhadap manusia lain serta mampu bertindak sesuai dnegan tuntutan keadaan.
2. Loser
Berbeda dengan karekteristik winner, seorang loser (pecundang) hidup dengan keterbatasan dan kelemahan. Dirinya adalah realisasi dari intimidasi orang lain dan keadaan. Dalam hal harapan, ia selalu dibayangi oleh rasa takut bahwa hal-hal yang tidak diinginkan akan menimpanya. Dengan tingkat dominasi yang terlalu tinggi, maka pada akhirnya apa yang ia takutkan justru menjadi kenyataan. Seperti kata W. Somerset: "Hidup ini lucu. Jika anda menolak untuk menerima segala sesuatu selain harapan baik, seringkali justru yang terjadi anda harus menerimanya".
3. Potential winner
Kelompok ini merupakan potret orang yang belum menemukan dirinya secara utuh tetapi tidak berhenti melakukan pencarian. Ia memiliki pondasi personal yang masih labil, terkadang ia ingat dengan cita-cita dan harapan optimis hari depan, keyakinan yang begitu tinggi untuk mengalahkan tantangan, tetapi di saat yang berbeda ia pun terkadang lupa dengan harapan dan keyakinan untuk menaklukkan tantangan. Intinya kelompok ini berada di tengah-tengah. Hanya pilihan dan kegigihannya untuk terus maju yang bakal menobatkan dirinya menjadi pemenang.
Beberapa Saran
Merujuk pada dua pandangan di atas, maka jika anda ingin berada pada kelompok minoritas maka ada baiknya anda ikuti beberapa saran sebagai berikut:
1. Mengasah Potensi
Anda sudah diberi potensi dasar mulai dari fisik, intelektual, emosional, spiritual, akses dukungan eksternal, mental, material, visual, moral atau potensi lain yang sudah anda rasakan eksistensinya di dalam diri anda dan masih ditambah dengan potensi lain yang mungkin saat ini belum anda ketahui. Sadari dan syukurilah bahwa anda telah diberikan begitu banyak potensi. Persoalannya kemudian adalah anda tidak cukup hanya menyadari dan mensyukuri keberadaan potensi tersebut sebab potensi dasar tersebut masih merupakan bahan baku - Gold Mine yang hanya 15% - 10% peranannya. Contoh: jika fisik anda kuat tidak berarti secara otamatis (take for granted) anda menjadi atletik ternama. Untuk menjadi atletik anda membutuhkan sentuhan Gold Mind yang peranannya menurut survey dari Harvard University mencapai 85 % - 90%. Artinya potensi dasar harus diasah atau dikembangkan melalui berbagai cara misalnya pendidikan, kursus, sosialisasi, dsb.
2. Jangan jadikan kelemahan sebagai belenggu
Dari sekian potensi dasar yang anda miliki tersimpan kadar yang bervariasi. Dalam bahasa yang lebih umum, kadar potensi dasar yang rendah cenderung diartikan sebagai kelemahan sebaliknya jika kadarnya tinggi diartikan sebagai keunggulan. Contoh: sebagian dari anda diberi kadar intelektual tinggi tetapi kadar materi rendah sehingga nalurinya untuk menjadi 'pedagang' tidak tajam. Dalam menghadapi hal seperti ini maka tugas anda adalah mengoptimalkan keunggulan. Jangan jadikan kelemahan sebagai alasan yang membelenggu karena kelemahan adalah pasangan yang menyertai keunggulan. Jangan takut jika anda menemukan bahwa dri anda memiliki berbagai kelemahan. Biasanya semakin tinggi optimalisasi keunggulan, kian bertambah mencolok kelemahan seseorang. Paradoknya orang yang kelemahannya tidak menonjol biasanya ia pun tidak memiliki keunggulan yang menonjol. Sama seperti kata orang bijak bahwa orang yang tidak pernah salah adalah orang yang tidak pernah melakukan apa-apa.
3. Ambil kendali penyelesaian konflik
Secara umum kesuksesan dapat didefinisikan sebagai proses realisasi diri secara optimal sesuai dengan perkembangan yang anda capai. Pada dasarnya, semua manusia berpotensi untuk merealisasikan keunggulan dirinya. Jika kemudian fakta menunjukkan lebih banyak orang yang gagal ketimbang jumlah orang yang sukses, maka hal itu terletak pada kontrol terhadap environmental factors yang tidak memadai, seperti yang dikemukakan Greg Phillip di atas.
Bagaimana proses itu terjadi? Penjelasannya adalah sebagai berikut: Ketika masih bayi anda adalah sosok yang visioner, abundant mentality, positive thinking, lucu, lugu, dan bisa merasakan bahwa life is a game. Saat itu anda adalah The Only You. Ketika mulai berinteraksi dengan orang lain yang bisa jadi dengan pola polarisasi, konfrontasi, paradoksal, interaksi partnership, dan sebagainya maka dari sini mulai terjadi proses konflik antara anda dan orang lain serta lingkungan / dunia. Di satu sisi anda membutuhkan proses untuk saling menyentuh demi kemajuan anda tetapi di sisi lain anda perlu membuang negative side-effect yang ditimbulkannya. Pada saat seperti ini anda bukan lagi The Only You melainkan The Conflicted You. Dari konflik inilah akhirnya tercipta apa yang disebut kemenangan (sukses) dan kekalahan (gagal) yang pada akhirnya akan menjadi The Real You. Jika anda memilih mengambil kendali kemenangan dengan cara menyelesaikan setiap konflik sedini mungkin sehingga tidak mempengaruhi energi positif yang ada dalam diri anda, maka akan dapat dipastikan bahwa andalah yang menjadi pemenang. Sebaliknya jika konflik terus anda biarkan bahkan anda izinkan untuk memimpin atau mengendalikan hidup anda maka anda akan menjadi sosok yang diinginkan oleh konflik tersebut yang akhirnya cepat atau lambat akan membawa anda menuju kegagalan.
Akhir kata, jika anda ingin menjadi kelompok minoritas maka milikilah karakteristik sebagai seorang pemenang. Pilihan seluruhnya di tangan anda. Semoga berguna.

Monday, September 8, 2008

Seminar Nasional Matematika 2008

Fyuhh...
Akhirnya....
Tanggal 5 September 2008 kemarin saya diutus kampus untuk mengikuti Seminar Nasional Matematika di Universitas Katolik Parahyangan Bandung, dengan misi mempresentasikan makalah hasil penelitian saya yang berjudul "Pengaruh Suasana Lingkungan Kerja dan Motivasi Terhadap Kinerja Guru".
Saya berangkat dari Jakarta pada pukul 16.30 WIB dan tiba di terminal Leuwipanjang pada pukul 19.30 WIB dan langsung berusaha untuk tiba di Univ. Parahyangan secepat mungkin.
Esok paginya saya tiba di kampus pukul 07.30 WIB dan segera melakukan registrasi. Acara dimulai pada pukul 08.30 dengan agenda pertama pembukaan, yaitu sambutan-sambutan dari Ketua Panitia, Ketua Jurusan Matematika, Dekan FMIPA dan Rektor Univ. Parahyangan Bandung.
Selanjutnya, langsung dimulai dengan Presentasi Pembicara Utama, yaitu
1) Bapak Drs. Elisa Lumbantoruan (alumni S1 Matematika ITB, mantan Presdir HP Indonesia dan kini menjabat sebagai EVP PT. Garuda Indonesia). Beliau menyampaikan materi tentang bagaimana kita sebagai manusia berpendidikan mengembangkan karir dalam bekerja.
2) Bapak Dr. Edison Hulu (bekerja sebagai Chief Economist di Bursa Efek Indonesia). Beliau menyampaikan sesuatu yang ekstrim, bahwa apapun yang kita lakukan semuanya harus mengarah pada satu tujuan, yaitu menerima UANG.
3) Bapak Ferry Jaya Permana, Ph.D., ASAI (alumni S1 Matematika ITB, S3 dari luar negeri, akademisi dari UNPAR). Beliau menyampaikan tentang peran matematika dalam dunia keuangan.
Acara kemudian dilanjutkan dengan makan siang (khusus untuk peserta yang tidak berpuasa) dan peserta diarahkan untuk menuju kelas-kelas yang telah disediakan untuk Seminar Paralel.
Saya pun berkumpul pada ruang SB920, bertema Pendidikan bersama dengan 10 orang peserta lainnya. Di antara peserta yang tampil diantaranya dari Univ. HKBP Nommensen, UPH, UNINDRA, UNSRI, dll.
Setelah semua presentasi, saya pun langsung pulang ke Jakarta.
Selamat Tinggal Bandung...

Wednesday, September 3, 2008

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN SUASANA LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU MATEMATIKA di SEKOLAH IMANUEL PONDOK MELATI


 

Leonard

2008


 

FTMIPA Universitas Indraprasta PGRI Jakarta

e-mail: leonard@unindra.net


 

Abstrak: Semakin menurunnya kinerja guru sudah seharusnya menjadi perhatian kita semua. Penurunan kinerja guru tentunya akan berdampak pada kualitas proses pembelajaran yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas lulusan. Semakin rendahnya kinerja guru mungkin disebabkan oleh banyak faktor.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji kebenaran hipotesis tentang pengaruh motivasi kerja dan suasana lingkungan kerja terhadap kinerja guru, baik secara parsial maupun secara bersama-sama.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survey. Sampel yang diambil adalah keseluruhan populasi yang berjumlah 30 orang. Instrumen penelitian menggunakan skala Likert masing-masing berjumlah 25 soal, yang terdiri dari: 1) instrumen motivasi kerja, 2) instrumen suasana lingkungan kerja dan 3) instrumen kinerja. Analisis data menggunakan statistik deskriptif, analisis regresi linier sederhana dan regresi linier ganda. Analisis data dilakukan setelah dipenuhi persyaratan normal dan uji pelanggaran asumsi klasik.

Hasil pengujian hipotesis diperoleh sebagai berikut: 1) motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru, 2) suasana lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru dan 3) secara bersama-sama motivasi dan suasana lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru.

Hasil penelitian dapat digunakan oleh sekolah untuk terus meningkatkan motivasi kerja para guru dengan cara meningkatkan kenyamanan suasana lingkungan kerja, sehingga pada akhirnya kinerja guru juga akan meningkat.


 

Kata Kunci : Guru, Motivasi, Suasana, Kinerja


 

  1. Pendahuluan

    Guru sebagai salah satu unsur dalam PBM (Proses Belajar Mengajar) memiliki multi peran, tidak terbatas hanya sebagai pengajar yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga sebagai pembimbing yang mendorong potensi, mengembangkan alternatif, dan memobilisasi siswa dalam belajar. Artinya, guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang kompleks terhadap pencapaian tujuan pendidikan, dimana guru tidak hanya dituntut untuk menguasai ilmu yang akan diajarkan dan memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, namun guru juga dituntut untuk menampilkan kepribadian yang mampu menjadi teladan bagi siswa.

    Mengingat cukup beratnya tugas-tugas yang harus dilakukan oleh seorang guru, maka sudah sepantasnya guru mendapatkan banyak hal yang dapat membangkitkan semangatnya dalam bekerja. Hal ini penting, karena seorang guru akan menghasilkan kinerja yang baik jika mereka memiliki kompetensi yang baik serta memiliki motivasi kerja yang cukup.

    Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja suatu organisasi ditentukan oleh suasana lingkungan kerja di dalam organisasi itu (Brookover et al., 1978; Purkey dan Smith, 1985; Hughes, 1991).  Demikian juga halnya, kinerja sekolah ditentukan oleh suasana atau iklim lingkungan kerja pada sekolah tersebut.  Di negara-negara maju, riset tentang iklim kerja di sekolah (school working environment atau school climate) telah berkembang dengan mapan dan memberikan sumbangan yang cukup signifikan bagi pembentukan sekolah-sekolah yang efektif.  Ditegaskan bahwa jika guru merasakan suasana kerja yang kondusif di sekolahnya, maka dapat diharapkan siswanya akan mencapai prestasi akademik yang memuaskan.  Brookover et all (1978) menyatakan bahwa kekondusifan iklim kerja suatu sekolah mempengaruhi sikap dan tindakan seluruh komunitas sekolah tersebut, khususnya pada pencapaian prestasi akademik siswa.  Lebih tegas lagi, Purkey dan Smith (1985) juga menyatakan bahwa prestasi akademik siswa dipengaruhi sangat kuat oleh suasana kejiwaan atau iklim kerja sekolah.  Lebih lanjut Hughes (1991) menegaskan bahwa setiap sekolah mempunyai karakter suasana kerja, yang akan mempengaruhi keberhasilan proses kegiatan pembelajaran di kelas.

    Pernyataan tentang pentingnya pembentukan suasana pembelajaran yang kondusif, baik pada tingkat kelas maupun sekolah, juga telah dinyatakan dalam salah satu buku perangkat  Kurikulum 1994 untuk bidang studi IPA SLTP.  Secara eksplisit dinyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di dalam kelas antara adalah kompetensi guru, metode pembelajaran yang dipakai, kurikulum, sarana dan prasarana, serta lingkungan pembelajaran baik lingkungan alam, (psiko)sosial dan budaya (Depdikbud, 1994).  Dapat diartikan disini bahwa lingkungan sosial pembelajaran di kelas maupun di sekolah (kantor guru dan staf tata usaha) mempunyai pengaruh baik langsung maupun tak langsung terhadap proses belajar mengajar.

    Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengoptimalkan proses belajar mengajar di kelas dengan melaksanakan program penataran untuk meningkatkan kompetensi guru, pengenalan metode-metode baru dalam pembelajaran, serta perbaikan dan peningkatan sarana maupun prasarana pendidikan. Namun demikian, meskipun secara eksplisit diakui bahwa lingkungan pembelajaran dan sekolah merupakan faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran di dalam kelas, program-program yang dilaksanakan belum menyentuh atau masih mengabaikan hal tersebut.  Demikian juga halnya penelitian-penelitian pendidikan yang berkenaan dengan iklim lingkungan kerja di Indonesia masih sangat sedikit.  Oleh karena itu, untuk mengisi kesenjangan tersebut dan untuk mengemukakan kembali arti penting dari konsep iklim pembelajaran di sekolah, maka perlu dilakukan penelitian tentang persepsi guru terhadap iklim lingkungan kerja di sekolah mereka.

    Sebagai manusia biasa, hal inilah yang membuat penulis berkeinginan untuk lebih meneliti tentang motivasi, suasana kerja dan kinerja. Karena penulis menyadari, telah banyak peneliti yang meneliti tentang permasalahan ini, akan tetapi ketidakpuasan yang penulis rasakan, begitu juga rasa ingin tahu yang besar membuat penulis berkeinginan secara langsung meneliti hal-hal ini.


     

  2. Rumusan Masalah

    Dari beberapa permasalahan yang muncul di atas, penulis mencoba merumuskan beberapa masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini, yaitu:

    1. Adakah pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru?
    2. Adakah pengaruh suasana lingkungan kerja terhadap kinerja guru?
    3. Adakah pengaruh motivasi dan suasana lingkungan kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru?


       

  3. Tinjauan Pustaka
    1. Motivasi Kerja

          A. De Cenzo and Stephen P. Robbins (1999:100) mengatakan, "Motivation is the willingness to do something, conditioned by the motivation potential of a job." Atau dengan kata lain bahwa motivasi adalah sesuatu keinginan untuk mencapai sesuatu dan terkondisi oleh kemampuan berinteraksi untuk memuaskan berbagai kepentingan atau untuk memenuhi kepentingan bagi individu.

      Sejalan dengan perkembangan studi-studi tentang motivasi, berkembang pula teori-teori motivasi. Salah satu yang sangat terkenal adalah teori Hirarki Kebutuhan yang dikonstruksi oleh Maslow, seperti gambar berikut ini :


       


       


       

      Teori Maslow sebenarnya hendak mengatakan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh motif yang mendorong terjadinya tindakan tersebut. Motif ini tergantung pada kebutuhan seseorang yang akan melakukan tindakan. Kekuatan utama teori Maslow sebenarnya terletak pada tiga hal, yaitu :

      1. Inventarisasi Maslow tentang jenis kebutuhan manusia;
      2. Prioritas kebutuhan masing-masing individu secara hirarkis adalah berbeda; dan
      3. Kebutuhan seseorang secara hirarkis akan berbeda setiap waktu.


       

      Secara umum, tindakan motivasi memiliki tujuan sebagai berikut :

      1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
      2. Meningkatkan produktifitas kerja karyawan.
      3. Menciptakan dan mempertahankan kestabilan karyawan.
      4. Meningkatkan kedisiplinan karyawan.
      5. Mengefektifkan pengadaan karyawan.
      6. Menciptakan suasana yang kondusif.
      7. Menciptakan loyalitas, kreatifitas, dan partisipasi karyawan.
      8. Meningkatkan kesejahteraan karyawan.
      9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.
      10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.
      11. Meningkatkan antusiasme dan kepuasan karyawan.
      12. Meningkatkan keterbukaan dan komunikasi sesama karyawan dan atasan.
      13. Mencari pemecahan secara sinergi terhadap setiap permasalahan dengan cepat dan tepat.

      Sehingga dapat disimpulkan, motivasi adalah suatu dorongan dari dalam maupun dari luar diri seseorang untuk mengerjakan suatu tugas dengan sebaik-baiknya karena kebutuhan, yang didasarkan pada kerangka acuan keberhasilan. Atau dengan kata lain, kesediaan, dorongan dan upaya seseorang yang mengarahkan perilakunya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik yang diukur melalui indikator: memperoleh imbalan, terjalinnya kerjasama, penghargaan, aktualisasi diri dan kepuasan dalam lingkungan kerja.


       

    2. Suasana Lingkungan Kerja

      Neuner dan Kallaus (1972) mengelompokkan interaksi faktor-faktor psikologi dan fisiologi dalam lingkungan kantor menjadi empat, yaitu lingkungan penglihatan (faktor cahaya, warna), lingkungan atmosfer (kelembaban, sirkulasi, udara, suhu), lingkungan permukaan (kebersihan) dan lingkungan pendengaran (peredam suara, tata surya).

      Cahaya dan penerangan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap daya tahan kerja. Ruangan kerja yang redup membuat karyawan kurang bergairah untuk bekerja, sehingga kinerjanya akan menurun. Berbeda apabila suasana lingkungan kerja cukup terang, kinerja karyawan tersebut akan semakin baik. Demikian pula halnya dengan suhu, suhu yang terlalu ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin) juga akan menurunkan produktifitas karyawan. Karenanya, perlu diatur sedemikian rupa sehingga suhu cukup nyaman bagi karyawan.

      Alex S. Nitisemito, "lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tuags yang dibebankan" (Alex S. Nitisemito, 1991: 184)

      Lingkungan kerja dalam setiap perusahaan mempunyai peranan penting karena lingkungan kerja mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan tugas, kondisi, dan hasil kerjanya. Lingkungan kerja yang baik akan menyebabkan karyawan bekerja dengan baik dan bersemangat.

      Lingkungan kerja terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi lingkungan fisik yang bersifat nyata dan dimensi lingkungan non-fisik yang bersifat tidak nyata. Lingkungan fisik berkenaan dengan kondisi tempat atau ruangan dan kelengkapan material atau peralatan yang diperlukan karyawan untuk bekerja. Sedangkan lingkungan non fisik berkenaan dengan suasana sosial atau pergaulan (komunikasi) antar personel di lingkungan unit kerja masing-masing atau dalam keseluruhan organisasi kerja.Lingkungan kerja fisik meliputi peralatan, bangunan kantor, perabot dan tata ruang. Termasuk juga kondisi jasmaniah tempat pegawai bekerja, meliputi desain, tata letak, cahaya (penerangan), warna, suhu, kelembaban dan sirkulasi udara. Sedangkan yang termasuk ke dalam lingkungan non fisik yaitu suasana sosial, pergaulan antar personil, peraturan kerja (tata tertib) dan kebijakan perusahaan.

      Sehingga dapat disimpulkan bahwa suasana lingkungan kerja adalah kondisi atau keadaan dalam lingkungan kerja, baik dalam arti fisik maupun psikis yang mempengaruhi suasana hati orang yang bekerja, yang mencakup dalam beberapa indikator yaitu : fasilitas kerja, tata ruang, kenyamanan, hubungan dengan teman sejawat dan kebebasan berkreasi.


       

    3. Kinerja

      Kinerja merupakan terjemahan dari istilah Inggris, performance yang berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, atau hasil kerja/unjuk kerja/penampilan kerja (LAN, 1992).

          Wirawan (2001:13) menyebutkan "kinerja sering juga disebut dengan kinetika kerja atau performence" , kinerja juga merupakan suatu fungsi dari hasil atau apa yang dicapai seorang karyawan dan kompetisi yang dapat menjelaskan bagaimna karyawan dapat mencapai hasil tersebut.

      Stoner (19221:206) mengemukakan teori bahwa kinerja adalah fungsi dari motivasi, ability (kemampuan) dan role perception (pemahaman peran) atau pemahaman seseorang atas tugas dan perilaku yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang tinggi. Dan seseorang dikatakan mempunyai pemahaman peran yang tinggi bila ia tahu dengan persis tentang bagaimana mengerjakan dan menyelesaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

              Ada beberapa cara untuk memberikan kekuatan (empowerment) kepada karyawan agar bekerja lebih effektif (Walker, 1980; 265) yaitu :

      1. Memastikan bahwa pekerja memperoleh sumberdaya yang mereka perlukan khususnya sumber daya informasi, kemudian untuk mengakses informasi akan meningkatkan peranan (sense of involvement).
      2. Memberikan kewengan dan tanggung jawab kepada individu atau tim untuk bertindak dan untuk mengatur dirinya sendiri.
      3. Membantu mengembangkan hubungan lateral (lateral relationship) dalam organisasi sebagai sarana atau fasilitas problem solving dan learning.

      Untuk mengetahui kinerja pegawai, karyawan atau guru harus ditetapkan standar kinerjanya. Standar kinerja merupakan tolok ukur bagi suatu perbandingan antara apa yang telah dilakukan dengan apa yang diharapkan/ditargetkan sesuai dengan pekerjaan atau jabatan yang telah dipercayakan kepada seseorang. Standar kinerja dapat juga dijadikan pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dilakukan.

      Pengukuran kinerja seharusnya mencerminkan masa lalu, bukan tujuan yang harus dicapai, melainkan sarana untuk memasuki masa depan yang lebih produktif. Agar penilaian kinerja mencapai potensinya, tidak cukup hanya melakukannya, melainkan karyawan harus bertindak menurut penilaiannya itu. Biasanya atasan mempunyai tanggung jawab mengkomunikasikan hasil-hasil penilaian kepada bawahannya dan membantu bawahan memperbaiki diri di masa mendatang. Sebaliknya bawahan biasanya mempunyai tanggung jawab mencari umpan balik yang jujur dan memanfaatkannya untuk meningkatkan kinerjanya.

      Standar kinerja masing-masing orang mempunyai perbedaan sesuai jenis pekerjaan, organisasi atau profesi. Standar kinerja merujuk pada tujuan organisasi yang dijabarkan dalam tugas-tugas fungsional. Standar karyawan pemerintah akan berbeda dengan standar pekerja industri, karena masing-masing memiliki spesifikasi tugas/pekerjaan yang berbeda. Begitupun kinerja seorang lulusan STM dengan kinerja seorang lulusan SMU bisa tidak sama, tergantung kepada tingkat kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing lulusan.

      Menurut Mahmudi (2005 : 2) faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja adalah:

      1. Faktor personal/individu, meliputi: pengetahuan, keterampilan, kemampuan, kepercayaan diri, Motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap indifidu ;
      2. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer;
      3. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.
      4. Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur Kinerja dalam organisasi.
      5. Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan, dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.

      Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh karyawan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan organisasi, meliputi adanya sasaran/target, kuantitas, kualitas, efektifitas dan efisiensi.


       

  4. Hipotesis Penelitian
    1. Ada pengaruh positif dan signifikan motivasi kerja terhadap kinerja guru.
    2. Ada pengaruh positif dan signifikan suasana lingkungan kerja terhadap kinerja guru.
    3. Ada pengaruh positif dan signifikan motivasi kerja dan suasana lingkungan kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru.


       

  5. Metodologi Penelitian
    1. Desain Penelitian

      Agar dapat memberikan gambaran yang jelas, maka penelitian ini dapat dinyatakan dalam gambar sebagai berikut:


       


       


       


       


       


       


       


       


       

    2. Populasi dan Sampel

      Penelitian ini merupakan penelitian sensus, artinya keseluruhan sampel merupakan keseluruhan populasi. Hal ini dilakukan mengingat jumlah guru yang ada di SMP Imanuel tidak mencapai 100 orang, sehingga demi validnya hasil penelitian ini maka tidak dilakukan proses sampling. Jumlah guru yang dijadikan responden adalah 30 orang.


       

    3. Instrumen Penelitian dan Validasi Instrumen

      Dalam pengumpulan data, responden diberikan 3 buah angket yang mewakili masing-masing variabel. Instrumen penelitian tersebut disusun berdasarkan teori-teori yang telah ada. Jumlah pertanyaan untuk tiap instrumen sebanyak 25 buah, menggunakan skala likert. Untuk selanjutnya diadakan validasi terhadap butir-butir angket dimaksud, dengan ketentuan jika ada butir pertanyaan yang tidak valid, maka akan langsung dibuang. Proses perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS 15.0, dengan hasil keseluruhan butir soal memiliki korelasi dengan skor totalnya lebih besar dari 0,3; sehingga dinyatakan valid. Kemudian, setiap instrumen penelitian memiliki koefisien Cronbach Alpha di atas 0,7; sehingga dinyatakan reliabel. Atau dapat disimpulkan instrumen penelitian layak digunakan untuk mengumpulkan data sesuai variabel yang akan diteliti.


       

  6. Hasil Penelitian
    1. Deskripsi Data

      Secara umum data hasil penelitian ini dapat dinyatakan dalam tabel di bawah ini:

      Tabel 1: Statistik Deskriptif Data Penelitian


       

    2. Uji Persyaratan Analisis Data

      Sebelum data dianalisis dan melakukan uji hipotesis, data harus lulus persyaratan analisis data, yaitu uji normalitas dan uji pelanggaran asumsi klasik, terdiru dari uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji heterokedasititas. Hasilnya sebagai berikut:

      1. Uji Normalitas

      Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan koefisien Kolmogorov Smirnov.

      Tabel 2: Hasil Perhitungan Kolmogorov-Smirnov

Variabel 

KS-Asymp.Sig 

Kesimpulan 

Motivasi 

0,948 

Normal 

Suasana Kerja 

0,768 

Normal 

Kinerja 

0,221 

Normal 

Dari tabel di atas terlihat bahwa Asymp. Sig untuk seluruh variabel berada di atas 0,05; sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian untuk seluruh variabel berdistribusi normal.


 

  1. Uji Multikolinieritas

Tabel 3: Hasil Perhitungan Uji Multikolinieritas


 

Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai VIF untuk kedua variabel lebih besar dari 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas.


 

  1. Uji Autokorelasi

Tabel 4: Hasil Perhitungan Uji Autokorelasi


 

Dari tabel terlihat bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 2,004. Untuk mengujinya harus dicari nilai Durbin-Watson tabel pada tabel DurbinWatson. Dengan jumlah variabel independen (k) = 2 dan jumlah sampel 30, diperoleh nilai dL sebesar 1,18 dan nilai du sebesar 1,46.

Berdasarkan nilai DW hitung dan DW tabel diperoleh perhitungan sebagai berikut : 1,46 < 1,862 < 4 – 1,46 atau 1,46 < 2,004 < 2, 54; sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala autokorelasi karena nilai d berada di antara du dan 4 – du.


 

  1. Uji Heterokedastisitas

Asumsi heterokedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tidak memiliki pola tertentu. Pola yang tidak sama ini ditunjukkan dengan nilai yang tidak sama antar satu varians dari residul. Gejala varians yang tidak sama ini disebut dengan gejala heterokedastisitas, sedangkan adanya gejala varians residual yang sama dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain disebut dengan homokedastisitas. Uji ini dapat dilakukan dengan memperhatikan grafik Scatterplot dalam program SPSS 15.0.


 


 

Gambar 2: Scatter Plot Pengujian Heterokedastisitas

Dari gambar Scatterplot di atas terlihat bahwa penyebaran residual tidak teratur. Hal tersebut dapat dilihat pada plot yang terpencar dan tidak membentuk pola tertentu. Dengan demikian, kesimpulan yang bisa diambil adalah bahwa tidak terjadi gejala homokedastisitas atau persamaan regresi memenuhi asumsi heterokedastisitas.


 

  1. Pengujian Hipotesis
    1. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru

      Dari perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS 15.0 diperoleh hasil:

Koefisien Korelasi 

0,7 

Koefisien Determinasi (r2 x 100%)

49% 

Persamaan Regresi 

Y = 50,486 + 0,550 X

Nilai thitung

5,186 

Nilai ttabel

1,697 

Nilai Sig dalam tabel ANOVA

0,000 

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru, dengan memberikan kontribusi sebesar 49%. Dari persamaan regresi juga terlihat bahwa untuk setiap peningkatan motivasi juga akan meningkatkan kinerja guru.


 

  1. Pengaruh Suasana Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Guru

    Dari perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS 15.0 diperoleh hasil:

Koefisien Korelasi 

0,628

Koefisien Determinasi (r2 x 100%)

39,5%

Persamaan Regresi 

Y = 40,232 + 0,634 X

Nilai thitung

4,275

Nilai ttabel

1,697 

Nilai Sig dalam tabel ANOVA 

0,000 

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa suasana lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru, dengan memberikan kontribusi sebesar 39,5%. Dari persamaan regresi juga terlihat bahwa untuk setiap peningkatan suasana lingkungan kerja juga akan meningkatkan kinerja guru.


 

  1. Pengaruh Motivasi Kerja dan Suasana Lingkungan Kerja Secara Bersama-sama Terhadap Kinerja Guru

    Dari perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS 15.0 diperoleh hasil:

Koefisien Korelasi 

0,794 

Koefisien Determinasi (r2 x 100%)

63,1% 

Persamaan Regresi 

Y = 20,245 + 0,418 X1 + 0,415 X2

Nilai Fhitung

23,092 

Nilai Ftabel

3,39 

Nilai Sig dalam tabel ANOVA 

0,000 

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi dan suasana lingkungan kerja secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru, dengan memberikan kontribusi sebesar 63,1%. Dari persamaan regresi juga terlihat bahwa untuk setiap peningkatan motivasi kerja dan suasana lingkungan kerja juga akan meningkatkan kinerja guru.


 

  1. Kesimpulan dan Saran

    Dari hasil perhitungan di atas dapat dinyatakan bahwa secara parsial, masing-masing variabel bebas memberikan kontribusi yang cukup besar untuk peningkatan kinerja. Hal ini terlihat dari kontribusi yang diberikan motivasi kerja secara parsial sebesar 49% dan juga kontribusi yang diberikan suasana lingkungan kerja secara parsial sebesar 39,5%. Fakta ini memberikan pengertian bahwa jika kita membahas secara parsial maka motivasi kerja memberikan kontribusi yang lebih besar daripada suasana lingkungan kerja. Secara akumulasi, kontribusi keduanya secara parsial cukup besar, yaitu sebesar 88,5%, atau dengan kata lain hanya sebesar 11,5% yang perlu dijelaskan oleh variabel lain secara parsial.

    Secara bersama-sama, juga ditemukan bahwa kedua variabel bebas yang diteliti, dalam hal ini motivasi dan suasa lingkungan kerja memberikan kontribusi yang positif dan cukup signifikan terhadap kinerja guru.

    Dari fakta di atas terlihat bahwa motivasi dan suasana lingkungan kerja memegang peranan yang cukup penting dalam peningkatan kinerja guru. Motivasi merupakan motor pergerak serta pembangkit semangat guru untuk bekerja lebih baik lagi, sedangkan suasana lingkungan kerja memberikan kenyamanan bagi guru untuk melakukan tugas-tugasnya dengan baik.

    Motivasi merupakan dorongan individu untuk menjadi yang terbaik dalam menjalankan suatu tugas atau dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Guru yang memiliki motivasi tinggi akan senantiasa bekerja dengan maksimal, menaati apa yang menjadi peraturan organisasi dan berusaha menunjukkan yang terbaik bagi organisasinya serta memiliki tanggung jawab yang besar atas tugas-tugasnya. Kesetiaan terhadap organisasi tentu juga akan dimiliki, karena hal ini menjadi poin tersendiri dalam proses penilan prestasi kerja, sehingga pegawai akan berusaha loyal terhadap organisasi. Motivasi yang tinggi juga akan mendorong guru mengembangkan kreativitas dan mengaktualkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi yang maksimal. Kesetiaan terhadap organisasi tersebut merupakan salah satu indikator utama yang menunjukkan tinggi rendahnya komitmen terhadap organisasi. Mengutip teori motivasi Maslow, kebutuhan sosialisasi, penghargaan dan aktualisasi diri merupakan kebutuhan selanjutnya yang akan dipenuhi setelah kebutuhan fisiologis dan rasa aman.

    Suasana kerja, dalam kenyataan memberikan kontribusi yang tidak kalah besar. Fakta ini juga dapat menjelaskan bahwa lingkungan kerja yang nyaman akan meningkatkan kinerja guru, baik secara langsung maupun tidak langsung. Suasana kerja yang nyaman juga dapat meningkatkan motivasi kerja guru. Sebagaimana tercantum dalam indikator motivasi, bahwa kepuasan lingkungan kerja merupakan salah satu faktor penentu motivasi, maka suasana kerja pun memberikan dampak yang cukup besar terhadap peningkatan kinerja, hanya saja tidak dapat digabungkan pelaksanaannya dengan variabel-variabel lain.

    Secara umum, penelitian ini telah menemukan hasil bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja secara parsial, suasana lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja secara parsial dan secara bersama-sama kedua variabel bebas juga berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru.

    Dari kesimpulan di atas, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:

    1. Untuk meningkatkan kinerja guru, sekolah harus mampu meningkatkan motivasi guru, yaitu dengan memberikan apa yang menjadi indikator dalam motivasi seperti pemberian imbalan yang memadai, menciptakan hubungan yang harmonis antara sesama rekan kerja serta dapat menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan.
    2. Untuk meningkatkan kinerja guru, sekolah harus mampu menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, yaitu dengan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan indikator-indikator suasana seperti fasilitas kerja, kenyamanan, hubungan dengan rekan kerja.
    3. Sekolah harus mampu menciptakan suasana yang menyenangkan, seperti mengadakan kegiatan-kegiatan kebersamaan, memenuhi kebutuhan kerja setiap guru, termasuk juga memperhatikan kebutuhan guru akan kepuasan lingkungan kerja. Hal ini akan meningkatkan kenyamanan serta mempererat hubungan antara sesama guru, kemudian juga akan meningkatkan motivasi kerja guru yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja guru.


       

  2. Daftar Pustaka
    1. AA. Anwar Prabu Mangkunegara (2000). Manajemen SDM Perusahaan, Remaja Rosdakarya, Bandung.
    2. Achmad Ruki (2002). Sistem Manajemen Kinerja, Refika Aditama, Bandung.
    3. Alex S. Nitisemito (1991). Manajemen Personalia: Manajemen Sumber Daya Manusia, Ghalia Indonesia, Jakarta.
    4. B. Sandjaya & Albertus Heriyanto (2006). Panduan Penelitian, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta.
    5. Husen Umar (1997). Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Cetakan Ketujuh, Gramedia Pustaka, Jakarta.
    6. John W. Limbong (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia dan Strategi Pembangunannya, Universitas IGI, Jakarta.
    7. Payaman Simanjuntak (2005). Manajemen dan Evaluasi Kinerja, FEUI, Depok.
    8. Purbayu Budi Santaosa & Ashari (2005). Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, ANDI, Yogyakarta.
    9. Roestiyah, N.K. (1982). Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Bina Aksara, Jakarta.
    10. Singgih Santoso (2000). SPSS Statistik Parametrik, Elex Media Komputindo, Jakarta.
    11. Slameto (1991). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.
    12. Sugiyono (2000). Statistik Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.
    13. Sumadi Suryabrata (2004). Psikologi Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
    14. Wirawan (2001). Evaluasi Kinerja, Erlangga, Jakarta.

Tuesday, September 2, 2008

Rencana Penelitian Universitas Indraprasta PGRI (UNINDRA)

Syukur kepada Tuhan, karena atas kasih dan karuniaNya, Tim Peneliti Universitas Indraprasta PGRI berhasil mendapatkan 2 paket dana penelitian dari Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi DKI Jakarta.

Paket Penelitian tersebut adalah :
  1. Pengaruh Sekolah Gratis Terhadap Prestasi Belajar Siswa Dengan Mengontrol Kemampuan Awal Siswa di DKI Jakarta

  2. Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Guru Terhadap Kinerja Guru di DKI Jakarta.
Masing-masing paket penelitian tersebut mendapatkan bantuan dana penelitian sebesar Rp. 9.403.000,-

Adapun Tim Peneliti UNINDRA terdiri dari :


  1. Drs. Supardi U.S., MM., M.Pd.

  2. Drs. Dudung Ahludin

  3. Leonard, S.Pd., MM.

  4. Adhi Susano, M.Kom

Mohon doa dan dukungannya, dengan harapan penelitian ini memberikan hasil bagi kemajuan pendidikan di Indonesia, khususnya di DKI Jakarta.

AMIN