Friday, July 31, 2009

Artikel Sekolah Gratis

ABSTRACT

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh pelaksanaan kebijakan sekolah gratis terhadap prestasi belajar siswa dengan mengontrol kemampuan awal siswa. Penelitian ini menggunakan metode survei, dengan menggunakan data sejak tahun 1997/1998 hingga tahun 2007/2008. Sampel dipilih dengan teknik random sampling dari 5 wilayah yang ada di wilayah DKI Jakarta. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar isian (teknik dokumentasi) tentang tes masuk siswa, rata-rata ujian nasional dan tahun pelaksanaan kebijakan sekolah gratis. Mengingat tidak adanya interaksi antara pelaksanaan kebijakan sekolah gratis dengan kemampuan awal siswa, maka teknik analisis data yang digunakan adalah dengan Analisis Kovarians (ANKOVA).

Penelitian ini memberikan hasil sebagai berikut: 1) Sebelum pelaksanaan kebijakan sekolah gratis, kemampuan awal memberikan pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Koefisien korelasi sebesar 0,36 dan koefisien determinasi sebesar 12,96%; serta persamaan regresi Y = 8,597 + 1,049X; sehingga dapat disimpulkan bahwa sebelum kebijakan sekolah gratis dijalankan, semakin tinggi kemampuan awal siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajarnya dan sebaliknya semakin rendah kemampuan awal siswa maka semakin rendah pula prestasi belajarnya. 2) Sesudah pelaksanaan kebijakan sekolah gratis, kemampuan awal siswa juga memberikan pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Koefisien korelasi sebesar 0,293 dan koefisien determinasi sebesar 8,58%; serta persamaan regresi Y = 8,368 + 0,965X; sehingga dapat disimpulkan bahwa sesudah kebijakan sekolah gratis dijalankan, semakin tinggi kemampuan awal siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajarnya dan sebaliknya semakin rendah kemampuan awal siswa maka semakin rendah pula prestasi belajarnya. 3) Kebijakan sekolah gratis tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa dengan mengontrol kemampuan awal siswa. Hal ini terlihat dari hasil pengujian hipotesis dengan teknik ANKOVA memberikan nilai Fo = 0,000; Ft(0,05) = 0,254 dan Ft(0,01) = 6,352; yang berarti nilai Fo <>

Penelitian ini memberikan hasil bahwa peningkatan prestasi belajar siswa tidak disebabkan oleh pelaksanaan sekolah gratis, tetapi semata-mata karena peningkatan kemampuan awal siswa, sehingga perlu diadakan peninjauan terhadap kebijakan sekolah gratis ini.

Keyword : sekolah gratis, kemampuan awal, prestasi belajar, analisis kovarians


NB : Ingin makalah lengkapnya..?? Silahkan kirim e-mail ke leonard@unindra.net

Wednesday, July 15, 2009

Artikel Hasil Penelitian Kinerja Guru

Abstrak: Semakin menurunnya kinerja guru sudah seharusnya menjadi perhatian kita semua. Penurunan kinerja guru tentunya akan berdampak pada kualitas proses pembelajaran yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas lulusan. Semakin rendahnya kinerja guru mungkin disebabkan oleh banyak faktor.


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji kebenaran hipotesis tentang pengaruh motivasi kerja dan suasana lingkungan kerja terhadap kinerja guru, baik secara parsial maupun secara bersama-sama.


Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survey. Sampel yang diambil adalah keseluruhan populasi yang berjumlah 30 orang. Instrumen penelitian menggunakan skala Likert masing-masing berjumlah 25 soal, yang terdiri dari: 1) instrumen motivasi kerja, 2) instrumen suasana lingkungan kerja dan 3) instrumen kinerja. Analisis data menggunakan statistik deskriptif, analisis regresi linier sederhana dan regresi linier ganda. Analisis data dilakukan setelah dipenuhi persyaratan normal dan uji pelanggaran asumsi klasik.


Hasil pengujian hipotesis diperoleh sebagai berikut: 1) motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru, 2) suasana lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru dan 3) secara bersama-sama motivasi dan suasana lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru.


Hasil penelitian dapat digunakan oleh sekolah untuk terus meningkatkan motivasi kerja para guru dengan cara meningkatkan kenyamanan suasana lingkungan kerja, sehingga pada akhirnya kinerja guru juga akan meningkat.

Kata Kunci : Guru, Motivasi, Suasana, Kinerja



Butuh Artikel Lengkap..??? Silahkan download link di bawah ini:

http://www.ziddu.com/download/5611737/SuasanaKerjaTerhadapKinerjaGuru.pdf.html

Atau bila link tidak bekerja dengan baik, silahkan copy link ke browser Anda...

Penelitian EKSPERIMEN

Secara umum penelitian dibagi menjadi dua jenis yaitu penelitian eksperimen dan penelitian non eksperimen. Jika pada penelitian eksperimen terdapat intervensi/perlakuan dari peneliti dengan mengukur dampak, maka sebalikanya pada penelitian non eksperimen/expost facto, peneliti tidak melakukan kendali melainkan mengumpulkan data/fakta yang ada. Penelitian eksperimen adalah mengubah fakta dengan memberikan perlakuan/intervensi dan menghasilkan teori baru. Perlakuan mengakibatkan perubahan variabel yang ada.

Menurut Sukmadinata (2005), penelitian eksperimental merupakan pendekatan penelitian kuantitatif yang paling penuh dalam arti memenuhi semua persyaratan untuk menguji hubungan sebab akibat. Disamping itu penelitian eksperimental juga merupakan pendekatan penelitian yang khas yang ditunjukkan oleh dua hal yaitu pertama, penelitian eksperimen menguji secara langsung pengaruh satu variabel terhadap variabel lain dan yang kedua menguji hipotesis hubungan sebab akibat. Ciri utama penelitian eksperimental adalah pengontrolan variabel dan pemberian perlakuan terhadap kelompok eksperimen.

Krathwol(1985) dalam Hadi dan Mutrofin (2006) menjelaskan bahwa eksperimen-eksperimen yang mencakup pengenalan intervensi terencana (treatment) dalam situasi dengan tujuan untuk mencapai hasil dan perubahan tertentu, merupakan pengertian umum dan istilah desain ekperimental. Mereka mengemukakan beberapa langkah yang menjadi dasar dari logika desain eksperimental sebagai berikut : Langkah pertama dalam desain eksperimental adalah menerjemahkan perkiraan atau harapan dalam suatu hipotesis menjadi rumusan yang lebih operasional.

Setelah operasionalisasi langkah berikutnya adalah penciptaan situasi yang memungkinkan dilakukannya tindakan atau perubahan yang diperlukan. Selanjutnya melalui pemilihan desain yang memadai maka akan diperoleh serangkaian alternatif yang darinya dapat dipilih salah satu atau beberapa diantaranya yang terbaik. Terakhir, seandainya data yang ada sesaui dengan dugaan periset maka masih perlu dilakukan pengujian akhir dalam kerangka desain agar hipotesis yang tengah diuji itu terbebas dari diskonformasi.

Ada tiga prinsip dasar desain eksperimen menurut Montgomery (1997) yaitu : (1) replikasi, (2) randomisasi dan (3) blocking. Replikasi mempunyai dua ciri yaitu : pertama, memungkinkan ekperimenter melakukan suatu estimasi dari kesalahan ekperimental dan kedua, rata-rata sampel digunakan untuk mengestimasi pengaruh dari sebuah faktor didalam eksperimen, replikasi memungkinkan eksperimenter memperoleh estimasi yang lebih akurat terhadap pengaruh tersebut. Perlu ditegaskan bahwa da perbedaan antara replikasi dengan pengukuran berulang. Pengukuran bukan replikasi, mereka adalah sebuah bentuk dari pengukuran berulang.

Randomisasi adalah landasan pertama yang mendasari penggunaan metode-metode statistik didalam desain eksperimental. Melalui teknik randomisasi baik alokasi materi eksperimental dan urutan individu dijalankanatau percobaan dari eksperimen dilaksanakan dan ditentukan secara acak.

Blocking adalah sebuah teknik yang digunakan untuk mengembangkan presisi yang mana perbandingan antara faktor-faktor yang berkepentingan dibuat. Seringkali blocking digunakan untuk mereduksi atau mengeliminasi keanekaragaman dari faktor-faktor pengganggu yaitu faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi respon eksperimental tetapi dalam hal tersebut kita tidak tertarik secara langsung.

Penggunaan desain ekperimen secara khusus pada riset evaluasi dikemukakan oleh Finstrbusch dan Motz (1980) sebagaimana dikutip oleh Hadi dan Mutrofin (2006). Dijelaskan bahwa dalam desain ekperimental dua kelompok dikaji yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen memperoleh perlakuan program atau proyek dan kelompok kontrol yang dalam berbagai aspek lain identik dengan kelompok eksperimen, tidak dikenakan perlakuan atau treatment dalam bentuk prrogram atau proyek. Kedua kelompok diukur berdasarkan variabel hasil yang diinginkan sebelum dan sesudah program/proyek, selanjutnya perubahan pada kedua kelompok diperbandingkan. Apabila semua faktor lain yang relevan terkontrol sevara memadai maka perbedaan setelah

Komponen-komponen utama dalam penelitian eksperimen adalah program/proyek diantara kedua kelompok tersebut seharusnya merupakan hasil program tersebut. Hubungan tersebut dapat ditunjukkan dengan tabel sebagai berikut :

SUBJEK

PENGUKURAN

SEBELUM PROGRAM

PENGUKURAN

SESUDAH

PROGRAM

PERUBAHAN

Kelompok Eksperimen

a

b

b – c

Kelompok Kontrol

c

d

d – c

Hasil Program

(b – a) – (d – c)


Komponen-komponen Eksperimen

Terdapat 5 komponen dalam penelitian eksperimen yaitu :

1) Variabel kriteria (variabel tidak bebas "Y")

Adalah variabel yang terpengaruh oleh variabel bebas yang merupakan tolak ukur dari keberhasilan perlakuan eksperimen sehingga variabel kriteria dianggap yang paling utama dari keberhasilan perlakuan. Pada eksperimen, perlakuan didesain secara teori (pengujian. Eksperimen berlaku umum sedangkan action research tidak berlaku umum, tapi merupakan kasus. Eksperimen dilakukan karena tuntutan yang mengilhami treatment adalah veriabel kriteria misalnya, motivasi belajar, keberhasilan, prilaku dll

2) Perlakuan (treatment)

Adalah sesuatu yang sengaja dirancang yang dikenakan pada subjek sehingga variabel kriterion berubah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

- harus dirancang berbasis teori dan boleh berasarkan empiris

- perlakuan harus jelas beda dengan perlakuan yang sudah ada

- perlakuan harus dirancang final; onsep dan pelaksanaanya tidak boleh diubah ditengah jalan

- dikenakan pada unit-unit; orang, butir tes, unit eksperimen, penskoran

3) Desain (rancangan)

Adalah teknik pengaturan supaya dalam pengujian kita dapat memastikan apakah dalam penilaian terjadi perubahan sebagai akibat dari treatment. Desain pengaturan berbagai kondisi yang mengakibatkan treatmentnya berubah. Ada 2 macam desain yaitu desain eksperimen dan desain perlakuan. Dalam desain perlakuan ada rancangan sedangkan dalam desain eksperimen hasil rancangan dideskripsikan.

4) Instrumen

Harus ada alat ukur yang standar dan harus valid karena kita mengukur

5) Monitoering dan kontrol

Digunakan untuk :

- menghindari adanya kontaminasi antara subjek dan perlakuan

- untuk menjamin perlakuan sesuai dengan rancangan desain

- untuk mendeteksi adanya kontaminasi dan penyimpangan lain

.

Thursday, July 9, 2009

Validitas Instrumen Tes

Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur, Gay (1983). Seorang guru hendak melakukan tes untuk melakukan penilaian apakah para siswa dapat menguasai pengetahuan yang telah diberikan di kelas. Oleh karena guru mengetahui seluk-beluk siswa yang diajarkannya, mereka dapat mereka dapat membuat tes yang cocok dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.

Validitas suatu instrumen penelitian, tidak lain adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur. Prinsip suatu tes adalah valid, tidak universal. Bahwa ia hanya valid untuk suatu tujuan tertentu saja. Tes valid untuk untuk bidang studi metrology industri belum tentu valid untuk bidang yang lain, misalnya bidang mekanika teknik.

Tes valid untuk suatu grup individu belum belum tentu valid untuk grup lainnya. Sebagai contoh suatu tes valid untuk para siswa Sekolah Menengah Umum (SMU), belum tentu valid untuk anak Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Bukannya valid atau tidak suatu tes, seorang guru valid untuk mengajar kelompok umur tertentu, misalnya taman kanak-kanak, belum tentu valid untuk mengajar anak kelompok usia Sekolah Menengah Kejuruan.

Validitas yang berkaitan untuk siapa perlu diperhatikan, karena menyangkut dengan membangun gambaran atau deskripsi terhadap suatu grup normal. Derajat validitas hanya berlaku untuk suatu kelompok tertentu yang memang telah direncanakan pemakaiannya oleh si peneliti. Contoh dalam tes pencapaian prestasi anak yang direncanakan oleh orang dewasa, akan berbeda bentuk maupun substansinya dengan tes prestasi untuk anak usia remaja.

Validitas suatu tes dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu validitas isi, konstruk, konkuren, dan prediksi. Kedua macam validitas itu yaitu validitas logik dan validitas empirik. Validitas logik pada prinsipnya mencakup validitas isi. Dinamakan demikian karena validitas tersebut ditentukan dengan menghubungkan performasi sebuah tes terhadap kriteria penampilan tes lainnya dengan menggunakan formulasi statistik. Validitas logia diantaranya adalah validitas kokuren dan prediksi. Validitas empirik pada umumnya menunjukkan lebih objektif. Validitas suatu tes dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu validitas isi, validitas konstruk, validitas konkuren dan prediksi.

Adapun rumus lain yang sering digunakan untuk validitas butir soal adalah dengan koefisien korelasi point biserial.

Macam-macam validitas antara lain :

1. Validitas Isi

Validitas isi ialah derajat dimana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin diukur. Dua aspek penting yaitu valid isi dan valid teknik samplingnya. Valid isi mencakup khususnya hal-hal yang berkaitan dengan apakah item-item itu menggambarkan pengukuran dalam cakupan yang ingin diukur. Validitas sampling pada umumnya berkitan dengan bagaimanakah baiknya suatu sampel tes mempresentasikan total cakupan isi. Sebuah tes direncanakan untuk mengukur pengetahuan tentang pendidikan teknologi kejuruan, diakatakan valid karena dalam kenyataannya semua item benar-benar berkaitan dengan faktual PTK. Validitas sampling jelek, karena pengambilan sampling materi tidak merepresentasikan untuk materi yang dimaksud.

Tes validitas isi juga disebut fase validility atau validitas wajah. Masih meragukan, karena validitas wajah hanya menggambarkan derajat dimana sebuah tes tampak mengukur, tetapi tidak menggambarkan cara psikometri yang mengukur apa yang ingin diusahakan dapat diukur.
Para ahli, pertama diminta untuk mengamati secara cermat semua item dalam tes yang hendak divalidasi. Kemudian mereka diminta untuk mengoreksi semua item-item yang telah dibuat. Pertimbangan ahli tersebut biasanya juga menyangkut, apakah semua aspek yang hendak diukur telah dicakup melalui item pertanyaan dalam tes. Atau dengan kata lain perbandingan dibuat antara apa yang harus dimaksukkan dengan apa yang ingin diukur yang telah direfleksikan menjadi tujuan tes.

2. Validitas Konstruk

Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur sebuah konstruk sementara atau hypotetical construct. Suatu sifat yang tidak dapat diobservasi, tetapi kita dapat merasakan pengaruhnya melalui satu atau dua indra kita. Konstruk tidak lain adalah merupakan “temuan” atau suatu pendekatan untuk menerangkan tingkah laku. Dalam pendidikan anak contoh konstruk seperti Intelligence Quotient (IQ), melalui penelitian mengahasilkan bahwa seseorang yang memiliki IQ lebih tinggi, ada kecenderungan bahwa orang tersebut dapat mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan baik. Dalam dunia pendidikan, contoh lain menyangkut konstruk, misalnya ketakutan, kreatifitas, semangat, dan sebagainya.

Proses melakukan validasi konstruk dapat dilakukan dengan cara melibatkan hipotesis testing yang dideduksi dari teori yang manyangkut dengan konstruk yang relevan. Misalnya jira suatu teori kecemasan menyatakan bahwa seseorang yang memiliki kecemasan yang lebih tinggi akan bekerja lebih lama dalam menyelesaikan suatu masalah, dibanding dengan orang yang memiliki tingkat kecemasan rendah. Jika terjadi orang yang cemasnya tinggi ternyata kemudian bekerja sebaliknya, yaitu lebih cepat, ini bukan berarti bahwa tes yang sudah baku tadi berarti tidak mengukur kecemasan orang.

3. Validitas Konkuren

Validitas konkuren adalah derajat dimana skor dalam suatu tes dihubungkan dengan skor lain yang telah dibuat. Tes dengan validasi konkuren biasanya diadministrasi dalam waktu yang sama atau dengan kriteria valid yang sudah ada. Validitas konkuren ditentukan dengan membangun analisis hubungan atau pembedaan. Cara membuat tes dengan validitas konkuren dapat dilakukan dengan beberapa langkah seperti berikut :
a. Administrasikan tes yang baru dilakukan terhadap grup atau anggota kelompok.
b. Catat tes baku yang ada termasuk beberapa keofisien validitasnya jika ada.
c. Hubungan atau korelasikan dua tes skor tersebut.

Metode pembeda (discrimination) merupakan validitas konkuren yang melibatkan penentuan suatu tes. Jika skor tes dapat digunakan untuk membedakan antara orang yang memiliki sifat-sifat tertentu yang diinginkan seseoarang yang tidak memiliki sifat-sifat tersebut. Tes mental adalah merupakan contoh nyata terapan suatu tes pembeda yang sering ditemui dalam kasus-kasus psikologi. Jika hasil skor suatu tes dapat digunakan dengan benar untuk mengklarifikasi person yang satu dengan person lainnya maka validitas konkuren tes tersebut memiliki daya pembeda yang baik.

4. Validitas Prediksi

Validitas prediksi adalah derajat yang menunjukkan suatu tes dapat memprediksi tentang bagaimana seseorang akan melakukan suatu prospek tugas atau pekerjaan yang direncanakan. Instrumen validitas prediksi mungkin bervariasi bentuknya tergantung beberapa faktor, misalnya kurikulum yang digunakan, buku pegangan yang dipakai, intensitas mengajar, dan letak geografis atau daerah sekolah. Yang perlu diperhatikan ketika kita akan melakukan tes prediksi diantaranya adalah perlunya memperhatikan proses dan cara membandingkan instrumen yang divalidasi dengan tes yang telah dibakukan.

Validitas prediksi suatu tes pada umumnya ditentukan dengan membangun hubungan antara skor tes dan bebarapa ukuran keberhasilan dalam situasi tertentu yang digunakan untuk memprediksi keberhasilan, yang selanjutnya disebut sebagai predicktor. Validitas prediksi suatu tes dengan cara seperti berikut :
1. Buat item tes sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
2. Tentukan grup yang dijadikan subjek dalam pilot study.
3. Identifikasi creiterion prediksi yang hemdak dicapai.
4. Tunggu sampai tingkah laku yang diprediksi atau variabel criterion muncul dan terpenuhi dalam grup yamng telah ditentukan.
5. Capai ukuran-ukuran criteriom tersebut.
6. Korelasikan dua set skor yang dihasilkan.

Monday, July 6, 2009

MENGAPA MENELITI...???

Frase tersebut merupakan pertanyaan dasar dan juga pertanyaan yang paling utama tentang alasan mengapa kita harus meneliti dan apa kepentingannya bagi ilmu pengetahuan.

Alasan utama mengapa kita harus meneliti adalah karena adanya kondisi yang belum stabil dan belum sampai pada status nyaman, atau dengan kata lain ada suatu kondisi yang harus diperbaiki. Kondisi ini dalam bidang pendidikan ataupun bidang sosial dapat dilihat secara kongkrit sebagai kondisi dimana terjadinya banyak masalah dalam bidang tersebut. Contohnya, dalam bidang pendidikan adalah keadaan dimana nilai siswa tergolong rendah, motivasi belajar siswa rendah, minat siswa belajar rendah, kinerja guru dan kompetensi guru rendah dan berbagai masalah lainnya.

Keadaan di atas merupakan masalah yang harus dipecahkan. Akan tetapi, kita perlu mengetahui apa sebenarnya penyebab masalah, yaitu:

1. Adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan

2. Adanya kesenjangan antara pengalaman dan kenyataan

3. Adanya kesenjangan antara teori dan praktek

Penelitian merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Mengapa demikian? Sugiyono (2007) mengatakan metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Dalam hal ini penelitian harus dikembangkan berdasarkan cara ilmiah yang benar, dimana penelitian harus didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional dapat diartikan bahwa penelitian harus dilaksanakan dengan cara yang masuk akal dan tentunya harus dapat diterima dengan akal manusia. Empiris dapat diartikan bahwa penelitian yang dilaksanakan harus dapat diamati oleh pancaindera manusia, artinya dapat dilihat, didengar, dirasakan oleh orang lain. Sistematis dapat diartikan bahwa penelitian harus dilaksanakan dengan proses-proses yang berturutan, sehingga dapat didokumentasikan dengan baik.

Cara ilmiah ini dapat penulis analogikan seperti usaha seorang pria yang ingin mendapatkan seorang wanita, hal pertama tentunya dia harus menggunakan langkah rasional, yaitu melakukan kegiatan-kegiatan baik yang dapat menarik perhatian (bukan pergi ke dukun), berikutnya calon yang dia pilih harus dapat dilihat dengan pancaindera (bukan makhluk halus), dan terakhir langkah-langkah yang dijalankan harus sistematis, mulai dari perkenalan, pendekatan, pacaran dan lain sebagainya.

Jujun Suriasumantri (2005)

Ada orang yang tahu di tahunya

Ada orang yang tahu di tidaktahunya

Ada orang yang tidak tahu di tahunya

Ada orang yang tidak tahu di tahunya

Berbicara tentang cara ilmiah, tentunya kita tidak akan lepas dari ilmu pengetahuan. Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau. (Jujun, 2005)

Ilmu pengetahuan yang benar muncul dari penalaran yang masuk akal, itu artinya pengetahuan merupakan buah dari penalaran yang benar. Jujun menuliskan sebuah cerita dalam humor ilmiah sebagai berikut:

Alkisah seorang peneliti ingin menemukan apa yang sebenarnya menyebabkan manusia itu mabuk. Untuk itu dia mengadakan penyelidikan dengan mencampur berbagai minuman keras. Mula-mula dia mencampur air dengan wiski luar negeri yang setelah dengan habis diteguknya maka dia pun terkapar mabuk. Setelah siuman dia mencampur air dengan TKW, wiski lokal yang diminum di pinggir jalan sambil mengisap kretek, ternyata campuran ini pun menyebabkan dia mabuk. Akhirnya dia mencampur air dengan tuak, yang juga seperti kedua campuran terdahulu, menyebabkan dia mabuk. Berdasarkan penelitian itu, maka dia menyimpulkan bahwa airlah yang menyebabkan manusia itu mabuk. Benar-benar masuk akal, namun apakah hal itu benar?

Penelitian yang baik harus dapat menghasilkan pengetahuan yang benar, dan tentu saja harus dengan proses penalaran yang benar. Dalam hal penelitian, maka proses penalaran juga dapat diartikan sebagai proses penelitian, yaitu proses pengambilan kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dan diolah dengan menggunakan aturan-aturan pengambilan kesimpulan tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan.

Sugiyono mengatakan tujuan penelitian ada tiga macam, yaitu bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperolah dari penelitian itu adalah data yang benar-banar baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu, dan pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada.