Monday, July 6, 2009

MENGAPA MENELITI...???

Frase tersebut merupakan pertanyaan dasar dan juga pertanyaan yang paling utama tentang alasan mengapa kita harus meneliti dan apa kepentingannya bagi ilmu pengetahuan.

Alasan utama mengapa kita harus meneliti adalah karena adanya kondisi yang belum stabil dan belum sampai pada status nyaman, atau dengan kata lain ada suatu kondisi yang harus diperbaiki. Kondisi ini dalam bidang pendidikan ataupun bidang sosial dapat dilihat secara kongkrit sebagai kondisi dimana terjadinya banyak masalah dalam bidang tersebut. Contohnya, dalam bidang pendidikan adalah keadaan dimana nilai siswa tergolong rendah, motivasi belajar siswa rendah, minat siswa belajar rendah, kinerja guru dan kompetensi guru rendah dan berbagai masalah lainnya.

Keadaan di atas merupakan masalah yang harus dipecahkan. Akan tetapi, kita perlu mengetahui apa sebenarnya penyebab masalah, yaitu:

1. Adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan

2. Adanya kesenjangan antara pengalaman dan kenyataan

3. Adanya kesenjangan antara teori dan praktek

Penelitian merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Mengapa demikian? Sugiyono (2007) mengatakan metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Dalam hal ini penelitian harus dikembangkan berdasarkan cara ilmiah yang benar, dimana penelitian harus didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional dapat diartikan bahwa penelitian harus dilaksanakan dengan cara yang masuk akal dan tentunya harus dapat diterima dengan akal manusia. Empiris dapat diartikan bahwa penelitian yang dilaksanakan harus dapat diamati oleh pancaindera manusia, artinya dapat dilihat, didengar, dirasakan oleh orang lain. Sistematis dapat diartikan bahwa penelitian harus dilaksanakan dengan proses-proses yang berturutan, sehingga dapat didokumentasikan dengan baik.

Cara ilmiah ini dapat penulis analogikan seperti usaha seorang pria yang ingin mendapatkan seorang wanita, hal pertama tentunya dia harus menggunakan langkah rasional, yaitu melakukan kegiatan-kegiatan baik yang dapat menarik perhatian (bukan pergi ke dukun), berikutnya calon yang dia pilih harus dapat dilihat dengan pancaindera (bukan makhluk halus), dan terakhir langkah-langkah yang dijalankan harus sistematis, mulai dari perkenalan, pendekatan, pacaran dan lain sebagainya.

Jujun Suriasumantri (2005)

Ada orang yang tahu di tahunya

Ada orang yang tahu di tidaktahunya

Ada orang yang tidak tahu di tahunya

Ada orang yang tidak tahu di tahunya

Berbicara tentang cara ilmiah, tentunya kita tidak akan lepas dari ilmu pengetahuan. Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau. (Jujun, 2005)

Ilmu pengetahuan yang benar muncul dari penalaran yang masuk akal, itu artinya pengetahuan merupakan buah dari penalaran yang benar. Jujun menuliskan sebuah cerita dalam humor ilmiah sebagai berikut:

Alkisah seorang peneliti ingin menemukan apa yang sebenarnya menyebabkan manusia itu mabuk. Untuk itu dia mengadakan penyelidikan dengan mencampur berbagai minuman keras. Mula-mula dia mencampur air dengan wiski luar negeri yang setelah dengan habis diteguknya maka dia pun terkapar mabuk. Setelah siuman dia mencampur air dengan TKW, wiski lokal yang diminum di pinggir jalan sambil mengisap kretek, ternyata campuran ini pun menyebabkan dia mabuk. Akhirnya dia mencampur air dengan tuak, yang juga seperti kedua campuran terdahulu, menyebabkan dia mabuk. Berdasarkan penelitian itu, maka dia menyimpulkan bahwa airlah yang menyebabkan manusia itu mabuk. Benar-benar masuk akal, namun apakah hal itu benar?

Penelitian yang baik harus dapat menghasilkan pengetahuan yang benar, dan tentu saja harus dengan proses penalaran yang benar. Dalam hal penelitian, maka proses penalaran juga dapat diartikan sebagai proses penelitian, yaitu proses pengambilan kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dan diolah dengan menggunakan aturan-aturan pengambilan kesimpulan tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan.

Sugiyono mengatakan tujuan penelitian ada tiga macam, yaitu bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperolah dari penelitian itu adalah data yang benar-banar baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu, dan pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada.

No comments: