Saturday, January 24, 2009

Nullius in verba : Tidak Berdasarkan Kata-kata Siapa Pun

London, 1665. Royal Society menerbitkan Philosophical Transactions untuk pertama kali. Format dan gayanya unik. Ia tidak pas disebut buku, pun tidak tepat disebut koran. Ia lebih cocok disebut kumpulan surat-menyurat yang berisi berbagai temuan dan pengalaman seputar fenomena alam. Sebuah media jenis baru yang sangat sesuai untuk menyalurkan dan menyebarkan suatu gelombang mentalitas yang juga baru. Visi dan aturan main yang ia bawa tak jauh beda dengan semboyan milik induk yang menerbitkannya: Nullius in verba (Tidak berdasarkan kata-kata siapa pun).
Kehadiran Philosophical bermula dari tangan Heinrich Oldenburg. Orang Jerman yang serba ingin tahu ini sangat mahir bermacam bahasa, sehingga didudukkan sebagai sekretaris sekaligus ujung tombak Royal Society untuk urusan surat-menyurat. Ia memanfaatkan jaringan pos biasa maupun jaringan kurir diplomatik untuk menerima surat-surat dari ibukota negara lain, seperti Paris dan Amsterdam.
Oldenburg lantas mulai mencetak dan menyebarluaskan isi korespondensi tersebut dalam bentuk lembaran-lembaran mirip berita, yang dinamainya Philosophical Transactions. Media jenis baru yang kelak akrab disebut jurnal ilmiah itu tetap ia teruskan sendiri hingga hidupnya selesai. Ia memperoleh mesin cetak, kertas, dan loper yang bisa menyebarkan beberapa ratus eksemplar ke seluruh London dan ke tempat-tempat yang lebih jauh.
Tak perlu susah-payah membayangkan secanggih apa isi korespondensi yang dicetak di awal-awal terbitannya. Tuan Samuel Colepress dari Plymouth melaporkan tinggi dan kecepatan gelombang pasang harian, dari Maret hingga September. Ia menambahkan di pagi hari gelombang lebih tinggi satu kaki ketimbang sore hari. Seorang penulis dari Padua mengaku membuat penemuan baru tentang pergerakan bumi, dan seorang matematikawan membantahnya dengan mengutip percobaan milik seorang Swedia, yakni dengan menembakkan meriam tegak lurus terhadap horizon dan mengamati apakah peluru jatuh ke arah barat atau timur.
Tulisan-tulisan lain terasa lebih “aneh” lagi. Seekor sapi dengan bentuk yang sangat mengerikan dilahirkan di Hampshire. Telah diciptakan alat musik baru: harpa dengan senar berbahan gut (tali dari usus binatang). Pohon kubis setinggi 100 meter ditemukan di Kepulauan Karibia. Seorang Jesuit asal Jerman, Athanasius Kircher, mengungkap rahasia di bawah permukaan bumi: air laut terus-menerus tumpah menuju kutub utara, mengalir lewat saluran bawah tanah, dan muncul lagi di kutub selatan.
Isi Philophical memang masih sederhana. Bahkan batasan-batasan sainsnya pun belum terbentuk, rentang temanya masih terlampau luas. Akan tetapi, semua kabar “ilmiah” tersebut mulai terserap. Eksperimen, observasi, sains; kata-kata itu dengan sendirinya membekas dan mempengaruhi gaya intelektual secara perlahan. Dengan demikian, langkah awal yang diambil Royal Society melalui Philosophical untuk mewujudkan visi besarnya boleh dikata sukses besar.
Royal Society lahir di saat Eropa sedang dibakar Reformasi Gereja. Masa itu, para cendekiawan di Universitas Oxford dan Cambridge dipekerjakan dan dipecat berdasarkan keimanan mereka. Sejumlah kecil ilmuwan yang merasa sebal mendirikan sebuah organisasi kecil pada 1662, dengan nama resmi The Royal Society of London. Karena itu, dalam pertemuan-pertemuannya yang kerap berpindah-pindah akibat tipisnya dana, seluruh anggota wajib memenuhi sebuah peraturan ketat: dilarang bicara agama dan politik.
Royal Society merupakan organisasi nasional (ironisnya berdana cekak) yang memiliki tujuan utama menyebarluaskan apa yang mereka sebut sebagai Filsafat Baru alias Filsafat Eksperimental (sains). Semboyan Nullius in verba jelas menandakan komitmen organisasi ini untuk menetapkan kebenaran berdasarkan eksperimen, bukan dengan mengutip pendapat tokoh-tokoh otoritatif.
Robert Hook, Kurator Eksperimen Royal Society, mengobarkan komitmen tersebut dengan penuh semangat, “Ilmu pengetahuan alam terlalu banyak berisi hasil kerja otak dan lagak saja. Kini saatnya untuk kembali pada kelugasan dan kesungguhan pengamatan terhadap materi dan hal-hal yang benar nyata.”
Berbeda dengan terbitan-terbitan yang pernah ada sebelumnya, Philosophical sengaja dibentuk oleh Royal Society untuk menciptakan kesadaran kolektif dan arus informasi. Ini adalah bukti betapa lembaga tersebut sangat menjunjung tinggi komunikasi. Para pendirinya menyatakan bahwa sejauh ini hanya ada konsepsi-konsepsi sempit milik segelintir penulis perseorangan dari zaman kegelapan, yang tidak sebanding dengan desain alam yang begitu besar.
Sains, bagi para pendiri Royal Society, harus menjadi milik publik sepenuhnya. Mereka bercita-cita untuk menciptakan suatu jaringan global, suatu Kerajaan Pembelajaran. Siapa pun yang berupaya keras memehami seluruh rahasia alam sudah seharusnya bisa melihat semua bagian dan menerima semua informasi dari segenap penjuru dunia. Siapa pun seharusnya bisa memperoleh pengetahuan universal. Semua pengetahuan harus disampaikan kepada mereka. Harta karun dari seluruh masa lalu harus dibiarkan terbuka di hadapan mereka.Melalui Philosophical semua itu bisa dicapai. Sebuah jurnal yang mampu mewartakan pengetahuan yang sebenarnya, bukan “pengetahuan” yang sibuk dengan bunga kata-kata. Sebuah jurnal yang senantiasa setia menempa setiap kalimat dengan gerigi fakta yang keras dan pasti.

1 comment:

ahmad wahyudin said...

Info penting harap disebar luaskan. Solusi tepat membangun rumah untuk daerah yang rawan gempa bumi. Sudah terbukti saat gempa 5,6 SR mengguncang jogja ketika rumah-rumah tembok banyak yang hancur rumah jawa yang terbuat dari kayu model
RUMAH JOGLO,
RUMAH LIMASAN,
RUMAH KAMPUNG, tetap berdiri kokoh dan tidak mengalami kerusakan yang berarti. Kami menjual dan membangun kembali rumah jawa knock down dari kayu jati lawas, melayani bongkar pasang dan paket pengiriman luar kota serta melayani paket pembangunan rumah jawa siap huni