Dalam melaksanakan analisis deskriptif, indikator yang digunakan adalah indikator nonpendidikan dan pendidikan yang terdiri dari indikator efisiensi internal.
Untuk dapat memberikan interpretasi terhadap indikator ini, perlu disajikan kriteria sebagai standar untuk menentukan atau menginterpretasikan indikator tersebut. Kriteria ini bisa dirinci dalam dua jenis :
- Kriteria dihasilkan dari angka rata-rata nasional dengan interval antara tinggi, sedang dan rendah untuk profil propinsi dan profil kabupten/kota serta angka rata-rata propinsi untuk profil kabupten/kota. Interval diambil dari nilai yang tertinggi dan nilai terendah.
- Kriteria dihasilkan dari angka rata-rata nasional atau propinsi untuk profil propinsi dan profil kabupten/kota dan angka rata-rata propinsi untuk profil kabupten/kota.
Analisis deskriptif dengan menggunakan kedua kriteria di atas dapat dilaksanakan melalui beberapa cara yaitu :
- Analisis makro untuk indikator kabupaten/kota dan propinsi. Analisis ini dilaksanakan dengan membandingkan indikator yang ada dengan rata-rata propinsi atau rata-rata nasional. Misalnya: indikator APM, rata-rata propinsi atau nasional = 75 persen, maka kabupaten/kota atau propinsi yang APMnya kurang dari 75 persen terdapat masalah dan melalui faktor internal dan eksternal agar dicari masalahnya.
- Analisis makro antar indikator dan jenjang pendidikan untuk indikator kabupaten/ kota dan propinsi. Analisis ini digunakan dengan membandingkan indikator satu dengan indikator lainnya pada jenjang yang berbeda. Misalnya membandingkan antar indikator yaitu indikator angka melanjutkan dan tingkat pelayanan sekolah atau membandingkan satu indikator angka melanjutkan pada jenjang SLTP dengan SM.
- Analisis disparitas indikator setiap kecamatan atau kabupaten/kota. Analisis ini dilaksanakan dengan melihat disparitas antar kecamatan atau kabupaten/kota. Misalnya, rasio siswa per kelas dibandingkan antar kecamatan atau kabupaten/kota dengan menggunakan standar adalah rata-rata angka kabupaten/kota atau propinsi. Bagi kecamatan atau kabupaten/kota yang berada dibawah rata-rata kabupaten/kota atau propinsi merupakan kecamatan atau kabupaten/kota tersebut yang perlu diberi penanganan khusus.
- Analisis disparitas indikator setiap kecamatan atau kabupaten/kota. Analisis ini dilaksanakan dengan memberikan bobot untuk setiap indikator di mana bobot yang besar diberikan pada indikator yang dianggap paling menentukan sehingga dapat diperoleh nilai di setiap kecamatan. Nilai yang paling tinggi menunjukkan kecamatan atau kabupaten/kota yang tidak bermasalah dan perlu dipertahankan, sedangklan nilai yang rendah adalah kecamatan atau kabupaten/kota yang bermasalah sehingga perlu diberi penanganan khusus.
No comments:
Post a Comment