Thursday, June 8, 2017

The Power of MAKSA

MAKSA..
Sebuah kata yang jika dikaji dari dunia pendidikan dianggap salah dan bertentangan dengan teori pendidikan. Apakah benar demikian?
Terlebih dahulu perlu dipahami konteksnya dan tentu saja siapa yang seharusnya MAKSA.
Jika MAKSA yang dimaksud keluar dari mulut seorang pendidik, BISA JADI masuk dalam kategori salah. Mengapa BISA JADI? Ya, artinya lagi-lagi perlu diperjelas konteks MAKSA yang dimaksud, keluar karena apa, apa yang terjadi sampai seorang pendidik melakukan hal itu.
Karakter manusia Indonesia secara umum masih memiliki mental pekerja. Pekerja yang dimaksud pun masih dalam tataran pekerja yang harus disuruh, masih harus diperintah, masih harus disupervisi, bahkan masih harus didampingi dalam melaksanakan pekerjaan. Dalam kondisi seperti ini, akan sangat sulit menghasilkan produk pekerjaan yang berkualitas tinggi dari sumber daya manusia yang demikian. Untuk itulah, perlu MAKSA.
Sebenarnya, MAKSA yang dimaksud di sini adalah memaksa orang lain untuk SADAR. Memaksa orang lain untuk mampu belajar, bekerja secara mandiri, dan memahami bahwa mereka memang HARUS bekerja keras untuk mencapai sesuatu. Jika ini dianalogikan dalam dunia pendidikan, maka seorang GURU harus MAMPU MEMAKSA siswanya untuk SADAR bahwa belajar dan meningkatkan kompetensi adalah keharusan dan tentu saja manfaatnya akan dirasakan oleh siswa di waktu yang akan datang. Prinsip saya dalam dunia pendidikan adalah DIPAKSA - TERPAKSA - BIASA - TERBIASA - JADI BUDAYA - BANGSA BERADAB. Artinya, dalam tahap tertentu paksaan akan berubah menjadi sesuatu yang berguna, dipaksa dulu, terbiasa kemudian. Sepertinya itulah yang dilakukan dalam dunia militer dengan prinsip disiplinnya.
Sebenarnya, prinsip MAKSA ini HARUS keluar dari dalam diri individu itu sendiri. SISWA lah yang seharusnya bermental MAKSA dalam hidupnya. MAKSA untuk belajar, MAKSA untuk bekerja lebih keras, MAKSA untuk hidup BERBEDA dari siswa kebanyakan, MAKSA untuk memenuhi kebutuhan pelajaran, dan semua MAKSA lainnya yang sifatnya membangun.
Tapi.. sepertinya semua itu masih menjadi angan-angan..
Saya sendiri sudah ....

Sudahlah...

No comments: