Tuesday, January 12, 2010

Pendidikan...???

Teringat sebuah tulisan dari Imam Ghazali, yang saya baca dari www.pustakanilna.com (mudah-mudahan tidak salah tulis), beliau mengatakan, Pendidikan itu bagaikan seorang petani yang tengah mencabut duri dan membuang tanaman asing yang mengganggu di antara tumbuhan yang ia tanam, agar tanaman tersebut tumbuh dan berkembang dengan baik.

Atau, bila ditelaah dan dianalogikan, maka tumbuhan yang ditanam oleh si petani tersebut adalah siswa dan duri serta tanaman asing adalah segala macam sikap, tindakan dan karakter yang tidak baik di dalam diri siswa. Analogi ini adalah sebuah kepastian untuk tumbuhan yang ditanam dan duri serta tanaman asing, akan tetapi apakah ada analogi yang tepat untuk sosok petani dalam tulisan Iman Ghazali..??

Apakah petani itu dianalogikan sebagai guru? atau sebagai orang tua? atau sebagai lingkungan? atau ada unsur lain? atau saya mencoba menawarkan, bahwa petani yang dimaksud adalah kesatuan dari orang tua, guru, lingkungan dan faktor-faktor lain yang memiliki tujuan sama, yaitu mengikis unsur-unsur negatif dari dalam diri siswa dan memunculkan emas yang ada di dalam diri siswa?

Hmm... sekarang muncul pertanyaan baru, mengikis unsur negatif dan memunculkan emas? apa itu unsur negatif dan apa itu emas dalam diri siswa? Pertanyaan berikutnya, sudahkah si"petani" mengetahui mana pengganggu dan mana buahnya? Atau lebih kongkret apakah orang tua dan guru mengetahui unsur negatif dalam diri masing-masing siswa dapat mengikisnya? atau dapatkah guru melihat emas dalam diri siswa dan memurnikannya?

Pendidikan dewasa ini masih merupakan sebuah pekerjaan yang dilakukan seadanya, seenaknya dan terlalu berorientasi pada kepentingan pribadi. Artinya, pendidikan tidak akan berjalan dengan baik, apabila si petani tidak mendapatkan upah "langsung" dari semua tindakan yang dilakukannya. Hmm... upah di sini tentu tidak berlaku bagi orang tua, karena orang tua tidak memerlukan upah uang dari hasil kerjanya mendidik anak, akan tetapi upah bagi orang tua adalah pengakuan dari orang lain tentang prestasi anaknya, artinya dia mengharapkan orang lain memuji anaknya yang memiliki prestasi membanggakan, walaupun itu diperoleh dengan terlalu mengeksploitasi kemampuan anaknya.

Pendidikan dewasa ini diwarnai oleh maraknya kaum kapitalis, yang justru malah memunculkan kesenjangan (kita perlu ingat, bahwa penyebab masalah paling utama adalah kesenjangan). Hanya masyarakat kaya yang dapat memiliki kesempatan memperoleh pendidikan di tempat yang baik, mewah dan fasilitasnya lengkap, sedangkan kaum menengah ke bawah tidak dapat memperoleh akses pendidikan yang layak, sehingga kondisinya makin hari bukan makin membaik, tetapi semakin memburuk.

Akan tetapi, kita cukup berbesar hati dengan kebijakan pemerintah dengan sekolah gratis-nya, dimana program ini memperluas kesempatan untuk memperoleh pendidikan kepada seluruh lapisan masyarakat. Hal ini tentunya harus dimanfaatkan oleh rakyat kecil, mereka harus berupaya belajar dengan baik, giat dan tekun, sehingga mereka dapat bersaing nantinya dengan para kapitalis yang bersekolah di tempat yang lebih baik. Karena, faktanya melalui penelitian yang pernah saya lakukan, tidak ada peningkatan prestasi belajar semenjak digulirkannya sekolah gratis, dan ditambah lagi, hasil wawancara dengan beberapa orang tua dan siswa menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki motivasi untuk mendapatkan prestasi terbaik. Bahkan, ada beberapa orang tua dan siswa yang tidak peduli naik atau tidak naik kelas, karena mereka berpikir, bahwa semuanya gratis. Itu SALAH...!!! Pendidikan tidak GRATIS, pendidikan MAHAL...!!!

Tulisan ini sebenarnya ingin memotivasi kita semua untuk tidak berhenti belajar, apapun kesempatan yang bisa kita dapatkan, segera AMBIL. Jangan pernah menunggu...
Saya tidak ingin mengkritik guru, sistem pendidikan, tapi saya ingin mengkritik diri saya dan sebagian besar rakyat Indonesia yang terlena dan cenderung pasrah dengan keadaan. Guru, tidak mau mengembangkan diri, padahal terbuka peluang beasiswa. Siswa, tidak mau belajar, padahal sekolah sudah diupayakan gratis. Dosen, tidak mau menulis, padahal terbuka peluang dana untuk penelitian. Dosen, tidak mau membagi ilmunya, padahal membagi ilmu merupakan bagian dari pengabdian masyarakat.

Sekarang saatnya untuk memandang diri kita BERPOTENSI.

Jika visi Anda tetap, hidup Anda akan berubah.
Namun, bila visi Anda berubah-ubah, maka hidup Anda akan tetap.

No comments: