Leonard
7117130010
081382939050
PENDAHULUAN
UNIVERSITAS XYZ sebagai
perguruan tinggi yang berdiri sejak tahun 1982 (dahulu bernama XXX) membuka program sarjana dan pascasarjana, untuk turut serta secara aktif membantu pemerintah dalam
rangka mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia, yakni untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa melalui pemerataan kesempatan pendidikan bagi seluruh lapisan
masyarakat. UNIVERSITAS XYZ merupakan perguruan tinggi
yang berada di bawah binaan Organisasi Profesi PBBB, dan menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dalam perjuangan untuk meningkatkan taraf pendidikan bangsa
Indonesia.
Pendidikan
merupakan alat untuk meningkatkan kemajuan sebuah bangsa. Hal inilah yang
mendasari semangat dan komitmen UNIVERSITAS XYZ untuk terus maju dan berkembang, walaupun dalam
perkembangannya tercatat melalui lika-liku yang tidak mudah. UNIVERSITAS XYZ
pernah berada dalam kondisi hampir mati, di tengah himpitan kampus-kampus
sejenis di wilayah DKI Jakarta. Akan tetapi, dengan komitmen yang tinggi, dan
berusaha memberi kemudahan belajar kepada seluruh lapisan masyarakat, maka
perlahan tapi pasti UNIVERSITAS XYZ mulai menunjukkan perkembangan ke arah yang
lebih baik.
Adapun penjabaran visi dan misi UNIVERSITAS XYZ adalah sebagai
berikut, VISI:
Sebagai lembaga
pendidikan tinggi yang berperan aktif dalam pembangunan pendidikan nasional
melalui pengembangan sumber daya manusia profesional yang berwatak: mandiri,
peduli dan kreatif serta adaptif dengan perkembangan global. Untuk mencapai
visi tersebut, maka disusunlah MISI sebagai langkah-langkah untuk mewujudkan
visi. MISI: (1) Membina dan mengembangkan: ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni, tenaga akademik yang profesional dan kegiatan yang integral dalam
bentuk pengabdian masyarakat. (2) Menyelenggarakan berbagai program pendidikan
untuk menghasilkan tenaga yang profesional dalam berbagai bidang kependidikan
dan non kependidikan yang dilandasi watak kreatif, inovatif, mandiri, dan
peduli. (3) Mengembangkan budaya kewirausahaan dalam menghadapi persaingan
global.
Penulis
telah melakukan penilaian terhadap tingkat penerapan belajar dalam organisasi
dengan menggunakan instrumen Learning Organization Profile, yang dirancang oleh
Michael J. Marquardt dalam bukunya yang berjudul ‘Building The Learning Organization’. Dalam bukunya, Marquart menilai
kelima subsistem pendukungnya secara parsial yang meliputi: dinamika belajar, transformasi
organisasi, pemberdayaan manusia, pengelolaan pengetahuan, aplikasi teknologi.
Berdasarkan dari hasil penilaian yang dilakukan oleh penulis, UNIVERSITAS XYZ Jakarta memperoleh skor 104, yang artinya dengan jumlah skor tersebut
menyatakan bahwa Universitas XYZ masih
dikategorikan sebagai organisasi yang belum menerapkan
organisasi belajar (a good beginning).
PEMBAHASAN
Subsistem Belajar, Tingkat Belajar Pada Organisasi/Perusahaan Dilakukan
Pada Tiga Tingkatan, yaitu Tingkat Individu, Kelompok, dan Organisasi.
Sebagai sebuah institusi perguruan tinggi, yang seharusnya lebih
mengedepankan aspek akademik dan pembelajaran, UNIVERSITAS XYZ tergolong masih terlalu terfokus pada aspek bisnis
dan keuntungan semata. Fokus yang terlihat adalah bagaimana menyerap sebanyak
mungkin mahasiswa, dan dengan begitu akan meningkatkan sumber pemasukan kepada
institusi. Hal ini berdampak pada rendahnya fokus UNIVERSITAS XYZ terhadap
peningkatan kapabilitas karyawan dan juga dosen.
Dalam pengembangan kualitas karyawan
dan dosen, cenderung dilakukan secara reaktif, artinya saat terjadi masalah
mengenai rendahnya disiplin, rendahnya kinerja dan lain sebagainya, institusi
baru merancang pelatihan untuk memperbaiki hal tersebut. Memang secara umum,
institusi selalu mengarahkan dan memotivasi karyawan dan dosen untuk terus
belajar dan meningkatkan kinerjanya, akan tetapi tidak dibarengi dengan
pengawasan yang cukup. Secara umum, telah terjadi komunikasi antar divisi, akan
tetapi masih belum memadai untuk mengatasi setiap tantangan yang muncul dalam
kerja operasional.
Menurut Marquart, karyawan
seharusnya terus menemukan inovasi dan cara terbaik untuk menyelesaikan
pekerjaan. Hal ideal tersebut sangat minim terjadi di UNIVERSITAS XYZ, karena
karyawan tidak terbiasa untuk belajar, dan cenderung pro status quo. Seperti telah diuraikan sebelumnya, walaupun ada
pelatihan untuk karyawan dan dosen, fungsi utamanya bukan diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran mereka akan pentingnya meningkatkan kinerja, akan tetapi
hanya mengatasi masalah yang muncul dengan segera.
Secara individu dan secara team
terlihat bahwa beberapa divisi kompak dan menunjukkan kinerja yang bagus, akan
tetapi ada cukup banyak divisi yang justru sulit untuk bekerjasama dengan
divisi lain. Ada beberapa program studi yang sulit untuk menerima masukan dan
pengetahuan baru, dan akhirnya mereka berkutat dengan cara dan metode kerja
yang sama. Karyawan dan dosen cenderung memiliki pengetahuan pada tingkat
adaptive, yaitu menyesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan, bukan belajar untuk
mengantisipasi dan pendekatan belajar secara kreatif.
Subsistem Tranformasi Organisasi
Meliputi Visi, Budaya, Strategi, dan Stuktur Organisasi.
Seperti telah diuraikan sebelumnya, fokus dari UNIVERSITAS XYZ masih pada masalah
jumlah mahasiswa, dan bukan pada pengembangan kualitas sumber daya manusia di
dalamnya. Hal ini berdampak pada belum dipahami mengenai pentingnya organisasi
belajar oleh anggota organisasi UNIVERSITAS XYZ. Walaupun pimpinan (dalam hal
ini Rektor) menunjukkan dukungan untuk menjadi organisasi belajar, hal ini
masih dilaksanakan setengah hati. Tantangan dan kesulitan yang muncul untuk
mewujudkan organisasi belajar tampaknya menjadi kendala utama terwujudnya
organisasi belajar dalam institusi ini. Ada proses yang harus dilalui untuk
menjadi organisasi belajar, yaitu adanya individu-individu yang ingin terus
menerus belajar, terbentuknya kelompok-kelompok belajar dan akhirnya muncul
organisasi belajar yang kuat.
UNIVERSITAS XYZ telah berusaha untuk
sharing pengetahuan dan meningkatkan kesempatan belajar kepada seluruh anggota
organisasi, termasuk juga dilakukan rotasi pegawai, baik dalam level staf,
maupun level struktural. Akan tetapi hal ini belum didukung oleh dasar
pemikiran yang tepat, artinya pemindahan karyawan ke tempat lain tidak
didasarkan pada kompetensinya, sehingga pasti kinerjanya tidak akan optimal. UNIVERSITAS
XYZ juga memberi kesempatan kepada para dosen untuk kuliah lanjut (S2 dan S3),
dengan tujuan memberi tambahan pengetahuan dan kekuatan untuk institusi,
walaupun tujuan akhirnya sebenarnya terbatas pada pemenuhan standar akreditasi.
UNIVERSITAS XYZ terdiri dari banyak
lapisan manajemen, yang sebenarnya jika diberdayakan dengan baik, akan
menghasilkan kinerja yang luar biasa. Akan tetapi, fungsi tiap lapisan
manajemen ini tidak efektif dan cenderung tidak mampu mengambil keputusan
strategis, atau lebih tepatnya tidak berani mengambil keputusan karena takut
salah. Hal ini tidak terlepas dari peran Rektor sebagai pimpinan yang mengatur
proses manajemen secara sentralistik. Masalah sekecil apapun terkadang langsung
ditangani oleh Rektor, termasuk laporan mahasiswa mengenai pindah kuliah, cuti,
dan lain sebagainya.
Di sisi lain, penting untuk dicermati, bahwa UNIVERSITAS XYZ menekankan aspek
kebersamaan dan kesetaraan dalam menjalani proses pekerjaan sehari-hari. Hal
ini ditunjukkan dari kesamaan menu makanan dari level dasar hingga level
tertinggi, termasuk adanya insentif-insentif bagi seluruh karyawan dan dosen,
yang sedikit banyak memberi tambahan semangat bagi karyawan dan dosen untuk
bekerja. Kondisi ini sebenarnya dapat dicermati sebagai keunggulan atau juga
ancaman, jika nantinya pemimpin berikutnya tidak melakukan apa yang dilakukan
oleh pemimpin sekarang.
Subsistem Pemberdayaan Orang-Orang Meliputi Pegawai, Manajer,
Pelanggan, dan Masyarakat.
UNIVERSITAS XYZ secara keseluruhan memiliki banyak manager, mulai
dari Dekan, Ketua Program Studi, Kepala LPPM, Kepala Laboratorium, Kepala Unit,
dan pimpinan lainnnya. Akan tetapi, sekali lagi penulis tegaskan, fungsi
sentralistik yang berkembang di UNIVERSITAS XYZ, membuat fungsi para manajer
tersebut hampir tidak ada. Semua keputusan strategis harus melalui persetujuan
rektor, bahkan dengan bahasa lain, tidak ada keputusan yang tidak diketahui
oleh Rektor. Otoritas dan kewenangan menjadi barang yang mahal, sehingga untuk
memecahkan masalah yang sederhana, kadang kala membutuhkan waktu yang agak
lama.
Mengingat hampir semua lini pimpinan ditunjuk langsung oleh rektor,
hampir pasti bahwa semua pimpinan tersebut terlalu mengikuti apa yang diperintahkan
oleh rektor. Hal ini menumbuhkan semangat ketergantungan dan ketidakpercayaan
terhadap diri sendiri, dan akhirnya muncul sikap follower yang tidak bisa mengambil keputusan, bahkan keputusan
terkecil sekalipun. Memang, ada beberapa unsur pimpinan yang memiliki sikap
melatih, mentoring, dan memfasilitasi proses belajar, akan tetapi jumlahnya
sangat sedikit. Kondisi ini sangat kontras dengan kebutuhan UNIVERSITAS XYZ
sebagai institusi pendidikan di perguruan tinggi, yang mengharuskan setiap
unsur pimpinan membangkitkan semangat karyawan dan dosen untuk terus berkarya
dan menghasilkan inovasi melalui kreatifitas yang mereka miliki.
UNIVERSITAS XYZ membuka diri terhadap masukan dari pelanggan, dalam
hal ini mahasiswa dan juga sekolah-sekolah yang bekerjasama dengan UNIVERSITAS
XYZ. Hal ini dimaksudkan untuk menerima informasi mengenai kebutuhan mereka di
lapangan, yang nantinya akan diimplementasikan dalam proses pembelajaran. UNIVERSITAS
XYZ juga secara rutin mengirimkan beberapa dosen untuk mengikuti konferensi
atau seminar-seminar baik nasional maupun internasional, dengan harapan dapat
membawa informasi baru mengenai perkembangan ilmu pengetahuan.
Usaha kerjasama dengan partner dari berbagai bidang pun sering
dilakukan, akan tetapi tidak dikelola dengan baik. Pada dasarnya, yang terlihat
adalah unsur kepentingan UNIVERSITAS XYZ itu sendiri, misalnya untuk keperluan
akreditasi dan keperluan formal lainnya. Lembaga-lembaga yang sudah menandatangani
MoU dengan UNIVERSITAS XYZ tidak mendapatkan banyak keuntungan, sehingga
cenderung berjalan apa adanya tanpa ada manfaat yang jelas dan berarti.
Pengelolaan Pengetahuan Meliputi Kegiatan Perolehan, Penciptaan,
Penyimpanan dan Retireval, Serta Transfer dan Penggunaan Pengetahuan.
Secara umum, walaupun fokus utama UNIVERSITAS XYZ adalah bidang pendidikan, akan tetapi justru bidang
ini kurang mendapat perhatian yang cukup dari institusi. Keunggulan institusi
pun masih sulit diidentifikasi dan dirumuskan, sehingga arah pengembangannya
masih terjadi secara sporadis, tergantung dari bidang mana yang menonjol. Dalam
hal penelitian, sebenarnya sudah mulai dibuka secara luas kesempatan untuk
mendapatkan dana, baik dari internal UNIVERSITAS XYZ, ataupun dari sumber
DIKTI, akan tetapi, tidak banyak dosen yang turut ambil bagian dalam kompetisi
ini, karena mereka merasa tidak mampu untuk itu. Sebenarnya, melalui lembaga
penelitian telah cukup banyak diadakan pelatihan-pelatihan terkait proses
penelitian dan penulisan artikel ilmiah, akan tetapi masih belum optimal
dampaknya.
Akses informasi sebenarnya sudah
dibuka secara luas, dengan dibangunnya sistem wi-fi di seluruh area kampus, dan juga diinformasikannya cara
membuka situs-situs ilmiah untuk mencari artikel-artikel atau publikasi ilmiah
sesuai dengan kebutuhan dosen tersebut, seperti proquest, ebsco, dan lain
sebagainya. Akan tetapi, dosen sepertinya masih belum memiliki kesadaran yang
besar mengenai hal tersebut, mereka cenderung cuek dan akan mulai mencari atau
mengerjakan jika mereka terbentur oleh aturan atau adanya kewajiban menulis
ilmiah untuk syarat kenaikan pangkat atau syarat menerima dana sertifikasi
dosen (beban kerja dosen).
Proses pembelajaran bagi para dosen
masih belum berlangsung secara sistematis dan terencana, artinya dosen tidak
diarahkan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dalam bidangnya, hanya
diarahkan untuk mampu mengajar dengan kualitas minimal bagus. Hal ini sangat
bertentangan dengan kewajiban dosen sebagai pendidikan profesional sekaligus
ilmuwan, yang harus melaksanakan penelitian dan publikasi ilmiah.
Subsistem Aplikasi Teknologi yang Meliputi Sistem Informasi, Belajar
Berbasis Teknologi, dan EPSS (Electronic Performance Support
System/Sistem Elektronik Pendukung Kinerja).
Pengembangan sistem informasi multimedia telah dilakukan seiring
dengan dibukannya program studi Teknik Informatika pada tahun 2004. Sejak saat
itu, UNIVERSITAS XYZ
mengembangkan teknologi internet lebih mendalam, seperti membuat website
unindra.ac.id, unindra.net, dan lain sebagainya. Pengembangan sistem e-learning
pun telah dicoba untuk dikembangkan, walaupun dalam prosesnya masih terkendala
mengenai pelaksanaan kelas secara konvensional. Beberapa dosen juga telah
mencoba mengembangkan pembelajaran menggunakan blog, atau media sosial yang
dewasa ini marak di kalangan mahasiswa.
Mahasiswa bebas mengakses internet,
yaitu dengan menggunakan fasilitas wi-fi yang terpasang hampir di seluruh area
kampus. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kemudahan bagi mahasiswa untuk
mengakses informasi, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan
kompetensinya. Akan tetapi, masalah yang paling sering terjadi adalah
terbatasnya bandwith atau kuota untuk
mengakses internet, sehingga seringkali terputus. Hal ini perlu mendapat
perhatian serius, mengingat internet merupakan kebutuhan bagi institusi
pendidikan seperti UNIVERSITAS XYZ.
Sistem informasi multimedia ini,
walaupun secara keseluruhan dipersiapkan untuk membantu dosen dan mahasiswa
dalam belajar, akan tetapi dalam prakteknya belum dimanfaatkan secara optimal.
Tidak ada sistem yang memungkinkan dosen dan mahasiswa berbagi informasi
mengenai bahan kuliah, laporan-laporan penelitian di perpustakaan,
artikel-artikel ilmiah yang dikoleksi di perpustakaan, dan lain sebagainya. Hal
ini membatasi fungsi pengembangan jaringan itu sendiri, sehingga dampaknya
masih terlalu kecil bagi perkembangan pengetahuan di UNIVERSITAS XYZ.
Penelitian-penelitian mengenai
pengembangan teknologi masih dilakukan sebagai menjawab masalah-masalah yang
muncul (reaktif dan dengan pendekatan single loop), sehingga terkadang tidak
efektif dan cenderung tidak adaptable
dengan kebutuhan di masa mendatang. Hal ini perlu mendapat perhatian serius
dari tim pengembang, sehingga dapat dirancang suatu sistem teknologi informasi
yang maju dan dikembangkan berdasarkan pendekatan double loop, artinya
pengembangan muncul dari akar masalahnya itu sendiri, dan tentu saja bersikap
antisipatory.
PENUTUP
Dalam
menciptakan organisasi belajar dibutuhkan kerja keras dan semangat yang tinggi,
sehingga dibutuhkan pimpinan dan karyawan yang juga memiliki kesadaran yang
tinggi akan pentingnya menjadi organisasi belajar. Mengutip pendapat Senge
(2000: 21), yang mengatakan “LEARNING is DRIVEN by VISION. Too many
organizations, including schools, ignore this precept, but it may be the most
critical to their success.” Dari pendapat Senge tersebut, maka dapat dikatakan
hal paling pertama yang harus dimiliki oleh setiap organisasi adalah visi, dan
visi tersebut diterjemahkan secara operasional melalui misi yang jelas dan
terukur, yang pada akhirnya dieksekusi dengan baik sehingga menghasilkan output
dan outcome yang luar biasa.
Organisasi
belajar harus mampu mewujudkan organizational learning discipline, yaitu:
system thinking, personal mastery, mental models, shared vision, dan team
learning. UNIVERSITAS
XYZ, sebagai institusi pendidikan di level perguruan tinggi diharapkan mampu
mencapai hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Marquardt,
M. J. 2002. Building The Learning Organization. New York:
McGraw-Hill
Senge, P., et al. 2000. Schools That
Learn. A Fifth Discipline Fieldbook for Educators, Parents, and Everyone Who
Cares About Education. London: Nicholas Brealey Publishing.