Wednesday, May 20, 2009

Action Research

Belakangan ini dunia pendidikan semakin disemarakkan dengan munculnya berbagai macam bentuk varians dari teknik dan aplikasi penelitian dalam bidang pendidikan, salah satunya adalah action research, yang sebenarnya diadopsi dari kegiatan pengembangan kinerja dan produktifitas dalam dunia usaha.
Action Research yang sekarang dikembangkan dalam dunia pendidikan lebih dikenal dengan nama Penelitian Tindakan Kelas, artinya action research yang dilaksanakan secara terpadu di dalam kelas-kelas yang merupakan habitat asli bapak dan ibu guru.
Action research pada prinsipnya hampir sama dan hampir beda dengan penelitian eksperimen biasa (mengapa demikian???). Dikatakan sama, karena memang seperti pada penelitian eksperimen, penelitian ini mewajibkan guru sebagai seorang peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian. Artinya penelitian ini sama-sama tidak bisa diwakilkan dan tidak bisa dikerjakan 'sambil lalu' (seperti yang kebanyakan dilakukan oleh mahasiswa yang mengerjakan skripsi...). Lalu, dikatakan beda, karena memang penelitian ini berbeda dalam hal tujuan dan proses pelaksanaan pemberian perlakuan.
Dalam action research, terdapat beberapa ciri-ciri khusus yang utama, yaitu:
  1. Peneliti, dalam hal ini guru harus terlibat langsung dalam pemberian perlakuan.
  2. Pemberian perlakuan tidak sama antar setiap siklus, artinya akan ada perbedaan antara perlakuan pertama dengan perlakuan kedua, perlakuan kedua dengan perlakuan ketiga, dan seterusnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sampai batas mana, proses optimalisasi yang kita inginkan tercapai. Contoh realnya adalah seperti memberikan pupuk kepada tanaman, minggu 1 diberikan dosis a, minggu 2 diberikan dosis b, dan seterusnya, hingga dapat diketahui bahwa pada dosis 'sekianlah' pertumbuhan optimal tanaman didapatkan.
  3. Biasanya dikerjakan dalam bentuk siklus (minimal diadakan dalam 3 siklus), dengan tahapan "PLANNING - ACTUITING/OBSERVING - REFLECTING - REVISED PLAN - ACTUITING/OBSERVING - REFLECTING - dst"
  4. Peneliti juga biasanya didampingi oleh rekan sejawat yang mengontrol jalannya pemberian perlakuan dan mengamati perubahan dalam diri responden.
  5. Waktu penelitian biasanya "agak lama", bahkan cenderung sulit untuk diramalkan, karena tujuannya adalah mencapai kondisi optimal.
  6. Hal penting yang dilihat adalah PROSES, bukan HASILNYA (kalau hasil, merupakan hal penting yang dilihat dalam penelitian eksperimen)
  7. Tidak dapat digeneralisasikan, biasanya hasilnya merupakan bentuk kesimpulan untuk kelas itu saja, tidak dapat dijadikan teori untuk kelas-kelas lainnya.
Melihat dari keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa action research sebenarnya bertujuan untuk mengoptimalisasi peran guru dan juga hasil belajar siswanya, untuk itu peneliti dan pengamat harus dapat mengontrol bahwa perlakuan yang diberikan sudah tepat dan membawa dampak yang positif terhadap responden.
Akan tetapi, dilihat dari sisi kesulitan teknik analisisnya, action research tidak mengharuskan analisis statistik yang rumit, sehingga penelitian ini dapat mudah dikerjakan oleh siapa saja yang ingin meningkatkan proses pembelajaran di kelasnya. Dan bukan itu saja, saat ini banyak peluang dana penelitian yang diselenggarakan oleh Depdiknas melalui DIKTI dan KOPERTIS, sehingga bagi guru dan dosen yang berminat, bisa membuat proposal dan mengajukan ke DEPDIKNAS.
Prinsipnya CUM dapat, COIN dapat....
Ayo Semangat...

Butuh Bantuan...
Silahkan hubungi kami...