Friday, February 27, 2009

Appreciation Vs Anxiety

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan suasana menghargai dan siswa yang diajarkan dengan suasana cemas berdasarkan tingkat konsep diri siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dengan lokasi penelitian 2 Sekolah Dasar di wilayah DKI Jakarta. Sekolah Dasar dipilih dengan pertimbangan, siswa pada tingkat ini masih mudah dipengaruhi dengan mengkondisikan suasana dalam kelas. Sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling berdasarkan konsep diri, dimana masing-masing kelompok kelas terdiri dari 20 orang siswa. Artinya, akan ada 4 kelompok siswa, yaitu 1) siswa dengan konsep diri tinggi dan diajar dengan suasana menghargai, 2) siswa dengan konsep diri rendah dan diajar dengan suasana menghargai, 3) siswa dengan konsep diri tinggi dan diajar dengan suasana cemas, dan 4) siswa dengan konsep diri rendah dan diajar dengan suasana cemas.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner untuk konsep diri, rancangan program pembelajaran untuk pemberian perlakuan dalam suasana menghargai dan suasana cemas, dan tes matematika untuk variabel hasil belajar matematika. Data-data yang diperoleh berikutnya akan diuji kenormalan dan kehomogenan, yang selanjutnya akan diuji hipotesis menggunakan ANAVA 2 arah.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk menciptakan sebuah model pembelajaran baru yang merupakan kombinasi dari sikap menghargai dan beberapa model pembelajaran, dimana dengan model pembelajaran ini siswa mendapatkan perhatian dan dapat membangkitkan semangat dalam mempelajari matematika.

Wednesday, February 25, 2009

Renungan dari dearmentari.blogspot.com

Kisah di bawah ini adalah kisah yang saya dapat dari milis alumni Jerman, atau warga Indonesia yang bermukim atau pernah bermukim di sana. Demikian layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.

Pengalaman ini dikisahkan dari seorang ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliahnya. Kelas terakhir yang harus dia ambil adalah sosiologi. Sang dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya. Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama "Smiling". Seluruh siswa diminta untuk pergi keluar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya, dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan di depan kelas.


Ibu itu adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, dia pikir, tugas ini sangatlah mudah. Setelah menerima tugas tsb, dia bergegas menemui suaminya dan anak bungsunya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi ke restoran McDonald's yang berada di sekitar kampus. Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suaminya akan masuk dalam antrian, dia menyela dan meminta agar suaminya saja yang menemani si bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong.

Ketika ibu itu sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri di belakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian. Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada menyingkir? Saat berbalik itulah saya membaui suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakangnya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil!

Ibu itu bingung,dan tidak mampu bergerak sama sekali. Ketika dia menunduk, tanpa sengaja matanya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang "tersenyum" ke arahnya. Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam,tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap ke arahnya, seolah ia meminta agar ibu itu dapat menerima 'kehadirannya' di tempat itu. Ia menyapa "Good day!" sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan ibu itu membalas senyumnya, dan seketika teringat olehnya 'tugas' yang diberikan oleh dosennya.

Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya. Ibu itu segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah "penolong"-nya. Ibu itu merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal dia bersama mereka,dan mereka bertiga tiba-tiba saja sudah sampai di depan counter.

Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin dipesannya, Ibu itu mempersilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona." Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka(sudah menjadi aturan di restoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.

Tiba2 saja ibu itu diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpau beberapa saat, sambil matanya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka... Pada saat yang bersamaan, ibu itu baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke dirinya, dan pasti juga melihat semua 'tindakan'-nya. Ibu itu baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapanya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin dia pesan.

Ibu itu tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (di luar pesanannya) dalam nampan terpisah. Setelah membayar semua pesanan, dia minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanannya ke meja/tempat duduk suami dan anaknya. Sementara ibu itu membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut ke arah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Ibu itu meletakkan nampan berisi makanan itu di atas meja mereka, dan meletakkan tangannya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil ibu itu berucap: "Makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua."Kembali mata biru itu menatap dalam ke arahnya, kini mata itu mulai basah berkaca-kaca dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya".

Ibu itu mencoba tetap menguasai dirinya, sambil menepuk bahu mereka, ibu itu berkata "Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ke telinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian". Mendengar ucapannya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali ibu itu merengkuh kedua lelaki itu. Ibu itu sudah tidak dapat menahan tangis ketika dia berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anaknya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka.

Ketika ibu itu duduk, suaminya mencoba meredakan tangisnya sambil tersenyum dan berkata "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak2ku!" Mereka saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu mereka benar2 bersyukur dan menyadari, bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah mereka telah mampu memanfaatkan 'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.

Ketika mereka sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri meja mereka, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan mereka. Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan ibu itu, dan berucap "Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami". Ibu itu hanya bisa berucap "terima kasih" sambil tersenyum.

Sebelum beranjak meninggalkan restoran, ibu itu menyempatkan untuk melihat ke arah kedua lelaki itu, dan seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin mereka, mereka langsung menoleh ke arahnya sambil tersenyum, lalu melambai-lambaikan tangannya ke arahnya. Dalam perjalanan pulang ibu itu merenungkan kembali apa yang telah dia lakukan terhadap kedua orang tuna wisma tadi, itu benar2 'tindakan' yang tidak pernah terpikir olehnya.

Pengalaman hari itu menunjukkan kepadanya betapa 'kasih sayang' Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali! Ibu itu kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini ditangannya. Ibu itu menyerahkan 'paper' kepada dosennya. Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya ibu itu dipanggil dosennya ke depan kelas, ia melihat kepadanya dan berkata, "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?" dengan senang hati ibu itu mengiyakan. Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan papernya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi.

Friday, February 20, 2009

Penelitian

Bulan Februari akan segera berakhir...
Bulan Maret ini merupakan deadline kita, dosen dan mahasiswa untuk mengirimkan proposal penelitian ke instansi-instansi pemerintah, seperti KOPERTIS, DIKMENTI, DP2M DIKTI dan lain sebagainya.
Ayo jangan telat....
Dapatkan dana penelitian dari pemerintah..
Semangat..!!!

Tuesday, February 3, 2009

Pembuatan Masalah Penelitian

Pembuatan masalah penelitian dimulai dengan memilih masalah penelitian. Ada dua cara yang dapat ditempuh dalam memilih sebuah masalah penelitian.
Pertama, masalah dibuat berdasarkan atas masalah sosial yang ada di dalam kehidupan sehari-hari, yang dilihat dan dirasakan sebagai sebuah masalah oleh para warga masyarakat, yang kemudian diangkat sebagai sebuah masalah konseptual (contoh : Kurangnya Pengaruh Kontrol Orang Tua Terhadap Tingkat Kenakalan Remaja di Jakarta).
Kedua, masalah penelitian dapat dibuat berdasarkan atas memperhubungkan kaitan antara satu konsep dengan konsep-konsep lain, yang menuntut dibuatnya penjelasan mengenai hakekat dari kaitan hubungan-hubungan yang diakibatkannya, dan menuntut adanya pembuktian mengenai kebenaran hakekat (teori atau hipotesis) tersebut berdasarkan atas bukti-bukti empirik yang secara obyektif dan ilmiah dapat dipertanggung-jawabkan (contoh: Hubungan Kekerabatan, Hubungan Kerja, dan Keberhasilan Bisnis Keluarga). Dari hasil pemilihan masalah seperti tersebut di atas, yang dihasilkan belumlah berbentuk sebuah masalah penelitian, tetapi baru sebuah Pernyataan Maksud Penelitian atau statement of intent.
Tahap selanjutnya yang harus dilakukan untuk membuat sebuah masalah penelitian adalah mengolah pernyataan maksud penelitian yang telah dibuat melalui tahap-tahap berikut ini.
  1. Membaca, menyeleksi, dan memperdalam konsep-konsep yang relevan dengan masalah penelitian yang dipilih.
  2. Membaca dan menyeleksi hasil-hasil penelitian yang relevan dengan masalah penelitian yang telah dipilih dan secara terseleksi menggunakan penemuan-penemuan yang telah dihasilkan berbagai penelitian terdahulu; baik mengenai tesis atau teorinya, maupun mengenai datanya yang relevan kegunaannya bagi masalah penelitian tersebut.
  3. Membuat hipotesis, yaitu memperlakukan masalah penelitian yang telah dipilih itu sebagai terdiri atas satuan-satuan variabel yang hubungan sebab akibat di antara variabel-variabel tersebut menghasilkan hipotesis atau teori yang perlu dibuktikan kebenarannya.
  4. Membaca dan mempelajari wilayah-wilayah masyarakat dan kebudayaannya untuk diseleksi dan dijadikan sasaran penelitian (sebagai kasus) untuk pembuktian kebenaran hipotesis yang telah dibuat.

MASALAH PENELITIAN

Diantara berbagai kesukaran dalam melaksanakan penelitian sesuai dengan tahapan-tahapan penelitian, yang tersukar adalah pembuatan masalah penelitian. Tahap-tahap lainnya yang ada dalam prosedur penelitian di Indonesia, telah dipecahkan hambatan- hambatannya melalui berbagai kegiatan penataran dan latihan penelitian sehingga para peneliti Indonesia dapat menjadi pengumpul data yang baik. Tetapi pembuatan masalah penelitian memerlukan kesanggupan pengetahuan yang lebih banyak daripada hanya sekedar sebagai pengumpul data; dan kenyataan ini berbeda dengan pandangan orang awam pada umumnya.
Pada umumnya orang awam berpendapat bahwa masalah penelitian dalam kegiatan penelitian ilmu-ilmu sosial adalah sama dengan masalah sosial (yaitu gejala atau serangkaian gejala yang ada dalam kehidupan sosial yang coraknya menyimpang dari keteraturan sosial yang berlaku sehingga oleh para warga masyarakat digolongkan sebagai masalah sosial). Disamping itu, ada juga orang awam yang menganggap bahwa suatu penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan dari bidang ilmu-ilmu sosial hanyalah bertujuan untuk mengungkapkan hal-hal yang aneh atau unik atau menarik hati. Anggapan-anggapan seperti tersebut diatas tentu saja tidak benar.
Karena sama halnya dengan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli dalam bidang sains dan teknologi, penelitian- penelitian yang dilakukan oleh para ahli ilmu-ilmu sosial juga bertujuan untuk mencapai suatu pengertian mengenai prinsip-prinsip mendasar yang berlaku umum mengenai hakekat hubungan diantara variabel-variabel yang ada dalam sasaran penelitiannya. Hanya bedanya dengan sains adalah teori-teori yang ditemukan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial adalah teori penjelasan dan bukannya rumus-rumus atau hukum-hukum.
Kalau sebuah masalah sosial itu pada hakekatnya berasal dari dan terwujud dalam kehidupan sosial masyarakat yang bersangkutan, maka sebuah masalah penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
  1. Penciptaan sebuah masalah penelitian dilakukan dengan berlandaskan pada pembuatan sebuah proposisi (teori atau hipotesis yang belum diuji kebenarannya) yang kerangka acuannya adalah hasil pengkajian mengenai kaitan hubungan antara sejumlah teori yang sudah ada dan relevan, dan yang hasil kajian tersebut dikaitkan dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapi. Dari hasil kajian tersebut dapat tercipta masalah atau masalah-masalah teori yang perlu dikaji kebenarannya berdasarkan atas fakta-fakta.
  2. Penciptaan sebuah masalah penelitian, dengan demikian, adalah sama juga dengan penciptaan suatu model teori atau hipotesis yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi kegiatan penelitian dan bagi mengungkapkan kebenaran dari proposisi yang telah dibuat tersebut.
  3. Dengan demikian pula, setiap kegiatan ilmiah, sebenarnya sama dengan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menguji dan memantapkan kebenaran sesuatu teori atau teori-teori yang ada dengan berdasarkan atas bukti-bukti yang telah dikumpulkan dalam penelitian.